Nyasar, sepertinya
kata-kata ini sering banget hadir dalam hidupku. Gimana enggak? Semenjak kuliah
di negeri orang, aku sering banget nyasar di tempat-tempat yang aneh. Pertama
kali aku nyasar itu saat awal masuk Universitas Gunadarma. Ceritanya, saat itu aku
ingin mengikuti kegiatan PPSPPT (ospek) di kampus G Gunadarma, alhasil aku
sampai di kampus E (nyasar dikit, biasalah ya, mahasiswi baru :D). Kemudian aku juga pernah nyasar saat
mengunjungi teman, yang datang berlibur ke Depok. Nyasar saat hari pertama menjalani UAS di kampus D Gunadarma. Nyasar dari
Depok menuju Rawamangun., dan nyasar yang lain-lainnya. Pengalaman nyasar yang paling berkesan itu saat
menghadiri acara muktamar UKM Faris UG yang berlokasi di daerah @#$^*(*%
(lupa).
Acara muktamar dilaksanakn selama dua hari, namun aku hanya
bisa hadir di hari kedua. Aku memutuskan untuk datang ke lokasi Muktamar
seorang diri. Pagi itu, aku berangkat dari kosan, menaiki angkot yang sudah
diinstruksikan, memasuki daerah asing, dan melewati berbagai tempat yang
tentunya baru pertama kali ku kunjungi. Instruksi yang di berikan waktu itu adalah
“melewati jembatan”. Nah, ini dia awal dari semua kesesatan itu di mulai. Aku
turun dari angkot di sebuah jembatan. Coba lihat gambar di bawah ini.
SMS : “Jalan aja terus, jalannya memang jauh, nanti ada tulisan #$%#@” (*lebih kurangnya seperti itu isi pesannya)
Sesuai instruksi, aku
berjalan melewati jembatan. Namun, karena masih was-was, aku bertanya kepada
warga sekitar. Salah seorang warga memberiku petunjuk untuk berbelok ke kiri.
Aku pun kemudian berjalan mengikuti instruksi itu. Alhasil aku melihat warga
yang sedang asik menyaksikan pertandikan sepak bola. Namun aku terus berjalan.
Merasa tidak yakin, aku kembali mengirim pesan kepada temanku. Lama tidak ada
jawaban. Aku bertanya kembali kepada beberapa warga di situ. Namun, jawaban
mereka malah membuatku semakin heran “Maaf mba, saya kurang tahu”, hampir semua
nya menjawab seperti itu.
Sebenarnya lokasinya
dimana sih?
Kenapa banyak warga yang
tidak tahu?
Kemudian, aku membaca
lagi pesan dari temanku, “jalan aja terus, jalannya memang jauh”. Oke, aku
berbalik arah, dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Lima belas
menit berjalan, kenapa aku masih belum menemukan instruksi selanjutnya ? “Ah,
mungkin memang jauh” pikirku. Di jalanan yang kecil itu, aku melihat banyak
sawah yang terbentang luas, hanya sedikit rumah warga di daerah itu, hmmm... pemandangan
yang indah. Mungkin cukup setengah jam aku berjalan, namun tak juga sampai. Aku
menelpon temanku.
“Melewati jembatan kan?”
“iya, ami jalan terus aja,
tempatnya memang jauh.”
Ok sip. Tapi kenapa
tidak sampai-sampai ??? Aku bertanya lagi dengan seorang pemuda yang waktu itu
sedang membersihkan motornya. Aku membacakan sebuah alamat yang dikirim temanku
dengan selengkap mungkin. Dan jawabann yang diberikannya, membuat otakku seolah
– olah di sambar petir, aku mencoba mencerna lagi pesan dari temanku. “Melewati
jembatan” maksudnya di sini, apakah aku harus melewati jembatan ATAU angkot yang
ku tumpangi itu akan melewati sebuah
jembatan ?? Singkat cerita, aku tidak seharusnya turun dari angkot. Karena yang
di maksud temanku adalah, angkot yang aku tumpangi akan melewati sebuah jembatan, dan aku harus lurus terus. Akupun
berbalik arah, kembali melewati jembatan yang sebelumnya sudah kulalui. Instruksi
yang diberikan sebenarnya sudah benar, karena memang jalannya masih jauh.
Alhasil, di tengah perjalanan aku di jemput oleh kakak kelas.
Oke... lanjut ketika aku
nyasar di Ragunan saat acara Rihlah Humas.
Seperti biasa, aku berangkat seorang diri mengikuti instruksi dari teman-teman.
Bukannya tidak mau janjian dengan teman, tapi karna aku tidak mau membuat orang
lain menungguku karena kelamaan. Kali ini instruksi yang di berikan adalah
berkumpul di lokasi “Orang Utan”. Karena ini pertama kalinya aku datang ke
Ragunan (*curhat), aku sedikit merasa bingung melihat suasana di sana
sangat ramai dan padat. Lagi dan lagi aku bertanya dan megikuti instruksi dari
setiap orang yang kutemui. Alhasil, aku keliling – keliling dan mondar mandir
di tempat yang sama. Tempat pertama yang kulalui adalah “Gajah” bukan “Orang
Utan”. Aku sempat mengambil beberapa gambar gajah yang lucu dan imut itu.
Kemudian muter-muter di sebuah lapangan besar dan balik lagi ke tempat semula.
Berjalan melewati “Rusa” dan dengan sedikit perasaan jengkel aku mendengarkan
lagu india “Nehi-nehi acha-acha” (saat itu aku sama sekali tidak mood dengan
india). Bertanya lagi, dan mengikuti instruksi lagi. Hampir satu jam aku
berjalan, menikmati binatang itu lagi dan itu lagi, dengan sempoyongan aku terus berjalan sambil menahan lapar di tambah dengan pulsa yang habis dan susahnya jaringan disana (kasihan banget kayanya :p). Sambil menikmati
lingkungan yang ramai itu, aku berhenti sejenak untuk membeli minuman. Aku sampai
di telpon oleh teman gara-gara kelamaan.
“Dimana?”
“Gak tau ini dimana”
jawabku.
Singkat cerita, di
tengah perjalanan (*yang sudah benar). Aku di jemput oleh teman-teman. Hmmm... Mungkin,
nyasar sudah menjadi hal yang biasa bagiku. Dan hari ini, aku kebablasan
sampai ke ITC, yang seharusnya aku turun jauh sebelum itu yaitu di LBPP-LIA.
Katanya, cerita yang
baik itu ada ilmu atau manfaat yang disampaikan nya. Oke, jadi apa HIKMAH di
balik semua ceritaku tadi ???
Hidup ini sama halnya
dengan sebuah perantauan. Kita diberikan petunjuk dan instruksi dalam hidup
agar tidak tersesat dalam menjalankannya. Apa guide hidup ini ??? yaitu Al-Qur’an dan Hadist. Nah itu dia. Kita
yang sudah baca petunjuk saja, masih bisa salah dalam mengartikan. Apalagi
yang tidak ?? Semoga kita bisa mengikuti petunjuk kehidupan ini dengan baik dan
benar. AAMIIN. J