Follow Us @soratemplates

19 Februari 2013

Catatan Kaki

6:15 AM 0 Comments
PENGERTIAN CATATAN KAKI (FOOTNOTE)
Catatan kaki  adalah keterangan tambahan yang terletak di bagian bawah halaman dan dipisahkan dari teks karya ilmiah oleh sebuah garis sepanjang dua puluh ketukan (dua puluh karakter).
TUJUAN CATATAN KAKI
Pencantuman catatan kaki diperlukan dalam penulisan karya ilmiah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sumber referensi yang menjadi kajian peneliti. Selain itu, penulisan catatan kaki juga mempunyai tujuan untuk :
1.     Menyusun Pembuktian
Referensi dalam catatan kaki dimaksudkan untuk menunjukkan tempat atau sumber dimana suatu kebenaran telah dibuktikan oleh orang lain.
2.    Menyatakan Hutang Budi 
Dengan menyebut nama pengarang yang dikutip pendapatnya itu,penulis telah menyatakan hutang budi kepadanya.
3.    Menyatakan Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan yang dimaksud dapat berupa :
a.   Inti atau sari dari fragmen yang dipinjam
b.  Uraian teknis , keterangan insidental, atau materi yang memperjelas teks, atau informasi tambahan terhadap topik yang disebut dalam teks.
c.   Materi-materi penjelas yang kurang penting seperti perbaikan, atau pandangan-pandangan lain yang bertentangan.
4.  Merujuk bagian lain dari teks
Catatan kaki dapat juga dipergunakan untuk menyediakan informasi kepada bagian-bagian lain dari tulisan itu .
FUNGSI CATATAN KAKI
·      Menjelaskan referensi yang dipergunakan bagi pernyataan dalam teks
·      Menjelaskan komentar penulis terhadap pernyataan dalam teks yang dipandang penting, tetapi tak dapat dinyatakan bersama teks karena dapat mengganggu alur tulisan.
·      Sebagai keterangan mengenai suatu hal yang dikemukakan dalam karangan ilmiah di halaman tersebut.
·      Menunjukkan sumber lain yang membicarakan hal yang sama
UNSUR-UNSUR CATATAN KAKI
·      Penulisan Catatan Kaki Untuk Buku
o  Nama pengarang (editor, penterjemah), ditulis dalam urutan biasa, diikuti koma (.).
o  Judul buku, ditulis dengan huruf kapital (kecuali kata-kata tugas), digarisbawahi.
o  Nama atau nomor seri, kalau ada.
o  Data publikasi :
§  Jumlah jilid, kalau ada
§   Kota penerbitan, diikuti titik dua ditulis
§   Nama penerbit, diikuti koma di antara
§  Tahun penerbitan. tanda kurung
o  Nomor jilid kalau perlu.
o  Nomor halaman diikuti titik (.)
Contoh:
____________________________________________________
1Muhammad Ibn ‘Abdillah alZarkasyiy, alBurhân fî ‘Ulum
alQur’an, Juz IV (Cet. I; Cairo: Dar Ihya’ alKutub alArabiyah, 1958 M/1377 H),h. 3435.
·      Penulisan Catatan Kaki Untuk Artikel dalam Majalah atau Surat Kabar
o   Nama pengarang
o   Judul artikel, di antara tanda kutip (“...”).
o   Nama majalah, digarisbawahi.
o   Nomor majalah jika ada.
o   Tanggal penerbitan.
o   Nomor halaman.
Contoh:
____________________________________________________
2Sayidiman Suryohadiprojo, “Tantangan Mengatasi Berbagai Kesenjangan”, Republika, No. 342/II, 21 Desember 1994, h. 6.
3”PWI Berlakukan Aturan Baru” [Berita], Republika,No. 346/II, 28 Desember 1994, h. 16.
4Bachrawi Sanusi, “Ketimpangan Pertumbuhan Ekonomi,” Panji Masyarakat, No. 808, 110 Nopember 1994, h. 30.
·      Penulisan Catatan Kaki untuk Buku yang memuat Artikel-artikel dari Berbagai Pengarang.
Unsur yang perlu disebutkan adalah:
ü  Nama Penulis Artikel
ü  Judul Artikelnya di antara tanda kutip,
ü  Nama Editor Buku (kalau ada) atau Nama Pengarang Artikel Pertama, diikuti istilah et al. atau dkk. (karena tentu banyak orang yang menyumbangkan artikel),
ü  Data Penerbitan, dan Halaman.
Contohnya:
____________________________________________________
                  5M. Dawam Rahadjo, “Pendekatan Ilmiah terhadap Fenomena Keagamaan,” dalam Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim (eds.), Metodologi Penelitian Agama (Cet. II; Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990), h. 24.
·      Penulisan Catatan Kaki untuk Artikel atau Entri dan Ensiklopedia
Unsur yang perlu dicantumkan adalah:
ü  Nama Penulis Entri (jika ada),
ü  Judul Entri di antara dua tanda kutip,
ü  Nama Editor Ensiklopedia (kalau ada),
ü  Nama Ensiklopedia (huruf italic),
ü  Jilid,
ü  Data Penerbitan, dan
ü  Halaman.
Contohnya:
____________________________________________________
                  7Beatrice Edgel, “Conception”, dalam James Hastings (ed.), Encyclopedia of Religion and Ethics, jilid 3 (New York: Charles Schribner’s Son, 1979), h. 769.
·      Catatan Kaki untuk Undang-undang dan Penerbitan Resmi Pemerintah
Unsur yang perlu dicantumkan adalah:
ü  Nama Instansi yang berwenang,
ü  Judul Naskah (huruf italic).
Contohnya:
____________________________________________________
8Republik Indonesia, Undangundang Dasar 1945, Bab I, pasal 1.
ISTILAH DALAM CATATAN KAKI 
Terdapat tiga istilah dalam catatan kaki, yaitu sebagai berikut :
  1.  Ibid. (Singkatan dari Ibidum, artinya sama dengan di atas), digunakan untuk catatan kaki yang sumbernya sama dengan catatan kaki yang tepat di atasnya. Ditulis dengan huruf besar, digarisbawahi, diikuti titik (.) dan koma (,) lalu nomor halaman.
 2. op.cit. (Singkatan dari opere citato, artinya dalam karya yang telah dikutip), dipergunakan untuk catatan kaki dari sumber yang pernah dikutip, tetapi telah disisipi catatan kaki lain dari sumber lain. Urutannya : nama pengarang, op.cit nomor halaman.
   3.    loc.cit. (Singkatan dari. loco citato, artinya tempat yang telah dikutip), seperti di atas tetapi dari halaman yang sama : nama pengarang loc.cit (tanpa nomor halaman).
Contohnya:
____________________________________________________
1 William H. Newman, Administrative Action (London: Prentice Hall, Inc., 1963), h.463
2 Ibid., h. 473
3 Pangripto, “Manajemen Rumah Sakit”, Jurnal Kesehatan dan Gizi, Vol. 3 No.2, Juni 1998, hh. 55-58
4 William H. Newman, loc. cit.
TEKNIK PENULISAN CATATAN KAKI
  1.     Catatan kaki harus dipisahkan oleh sebuah garis yang panjangnya empat belas karakter dari margin kiri dan berjarak empat spasi dari teks.
  2.    Catatan kaki diketik berspasi satu.
  3.    Diberi nomor.
  4.    Nomor catatan kaki diketik dengan jarak enam karakter dari margin kiri.
  5.    Jika catatan kakinya lebih dari satu baris maka baris kedua dan selanjutnya dimulai seperti margin teks biasa (tepat pada margin kiri).
  6.    Jika catatan kakinya lebih dari satu maka jarak antara satu catatan dengan catatan yang lainnya adalah sama dengan jarak spasi teks.
  7.    Jarak baris terakhir catatan kaki tetap 3 cm dari pinggir kertas bagian bawah.
  8.    Keterangan yang panjang tidak boleh dilangkaukan ke halaman berikutnya. Lebih baik potong tulisan asli daripada memotong catatan kaki.Jika keterangan yang sama menjadi berurutan (misalnya keterangan nomor 2 sama dengan nomor 3, cukup tuliskan kata ibid daripada mengulang-ulang keterangan catatan kaki.
  9.    Jika ada keterangan yang sama tapi tidak berurutan, berikan keterangan op.cit.,
  10. Jika keterangan seperti opcit tetapi isinya keterangan tentang artikel, gunakan loc.cit.
  11.  Untuk keterangan mengenai referensi artikel atau buku tertentu, penulisannya mirip daftar pustaka, tetapi nama pengarang tidak dibalik.
Sumber:
http://rororizky.blogspot.com/2013/01/tugas-bahasa-indonesia-catatan-kaki.html


10 Februari 2013

Perjalanan Si Pusshy

2:57 AM 0 Comments


Malam itu cuaca sangat tidak bersahabat. Hujan lebat, badai, teriakan petir di segala penjuru, bahkan sebuah pohon kelapa tumbang, akibat kencangnya angin topan. Aku merasa tidak tenang, hatiku gelisah. Kotak sempit ini membuatku semakin resah. Aku mengumpulkan seluruh tenagaku untuk keluar dari kotak ini. Tanganku berusaha unuk mencari celah,  dan... berhasil, pintu kotak ini terbuka juga. Akupun keluar. Aku melihat sebuah celah, dan akupun keluar dari perut besi berkaki empat itu. Tiba-tiba angin kencang datang menghantam badanku, kepalaku pusing, badanku berputar melayang-layang di udara. Aku susah untuk bernafas, badanku dingin dan basah, angin ini terus membawaku pergi dari monster berkaki empat itu. Sekilas aku mendengar ada yang berteriak mengejarku, tapi angin ini berlari begitu cepat. Mendadak aku terjatuh di atas genangan air. Aku meraung sekuat tenaga. Air adalah musuh yang paling aku benci. Badanku hanyut terbawa aliran sungai. Suaraku tenggelam dalam derasnya hujan. Nafasku sudah sesak, tenagaku sudah habis. Apakah ini akhir hidupku? Aku pasrah.
Panasnya mentari membuatku tersadar. Aku masih hidup. Tapi kakiku masih terasa basah. Aku melihat ke sekeliling, dan... ternyata aku tersangkut di atas kayu yang terapung. Aliran sungai membawaku semakin jauh. Aku berteriak sekuat tenagaku, meminta pertolongan. Aku takut, aku kedinginan, aku kelaparan. Teriakanku sepertinya tidak cukup terdengar oleh manusia. Aku meraung, mengumpulkan seluruh tenagaku untuk berteriak. Upayaku berhasil. Seorang anak laki-laki datang dan mengeluarkanku dari sungai. Kemudian anak itu pergi meninggalkanku begitu saja. Aku mengatur nafasku, panasnya mentari membantuku untuk mengeringkan badan. Rasa lapar kembali datang, aku berjalan melewati jalan setapak. Terus berjalan, kemanapun kaki ini akan membawaku, mencari sesuatu yang bisa dimakan. Setelah berjalan cukup jauh, aku melihat sesuatu yang begitu menggiurkan. Aku berlari mengejarnya dan memanjat ke atas tumpukan plastik-plastik dan sampah manusia. Hmmm... aku mencium bau yang bener-bener membuat perutku menari tidak karuan, air liurku mulai meleleh. Ini dia, kepala ikan ini terlihat sangat lezat.
Plak.. badanku terhuyung jatuh. Seorang manusia raksasa dengan perutnya yang super besar, memukulku menggunakan tongkat panjang dengan rambut yang terurai. Sakit sekali. Lagi-lagi manusia itu memukulku sambil berteriak-teriak memekakkan telingaku. Aku berlari meninggalkan makananku. Bersembunyi di bawah monster besi besar berkaki empat, monster ini sama seperti mosnter besi yang sebelumnya. Akupun berlari meninggalkan monster ini, aku takut dimakannya. Aku terus berjalan, mencari sesuatu untuk menenangkan perutku yang terus-terusan berisik dari tadi. Aku sampai di sebuah jalan besar, dan aku melihat monster besi yang berlari kesana-kemari dengan cepatnya. Aku mulai panik, badan ku mulai tegang dan buluku berdiri saat monster besi itu menghampiriku. “Kucing bodoh, pergi sana..hush.” Seorang manusia berteriak dari dalam monster besi itu. Aku berlari sekuat tenaga mencari tempat yang aman. Kemanapun kakiku melangkah, selalu ada monster besi. Terkadang mosnter besi itu mengeluarkan manusia dari dalamnya, dan terkadang monster besi itu buang angin sembarangan dengan warnanya yang putih. Tiba-tiba ada monster lain yang berlari dengan cepatnya, mengeluarkan suara yang sangat memekakkan telingaku. Monster ini berkaki dua, dan ada manusia yang menungganginya.
Perutku tak henti-hentinya mengeluarkan suara aneh. Di ujung jalan, aku melihat genangan air, aku minum air itu untuk menghilangkan dahagaku. Kemudia aku berjalan lagi mencari sesuatu yang bisa dimakan. Kemudian aku melihat tumpukan ikan kering. Aku ingin memakannya, baunya begitu menggiurkan, air liurku meleleh. Tapi disana banyak manusia yang sibuk mondar-mandir. Tumpukan ikan kering itu dijaga oleh seorang manusia dengan kumisnya yang tebal, tidak seperti kumisku yang cuma ada tiga helai di bagian kiri dan kanan pipiku. Aku berjalan pelan-pelan. Mencari kesempatan untuk menangkap ikan kering itu. Langkahku semakin dekat, baunya menusuk sampai ke tenggorokanku, aku hampir gila mencium bau ikan itu. Tanpa peduli apapun, aku meloncat dan ...
Plak.. Belum sempat aku mengambil ikan kering itu, tiba-tiba aku terkulai jatuh. Manusia berkumis itu memukulku, lebih sakit dibandingkan sebelumnya. Aku langsung kabur melarikan diri. Badanku terasa sangat lemas karna kelaparan. Aku berjalan lagi mencari sesuatu yang bisa dimakan. Mentari sudah bersiap-siap untuk tidur, aku belum juga menemukan sesuatu yang bisa dimakan.
Butiran cahaya di langit , membuatku merasa tenang dan damai di malam yang sunyi ini. Aku terus berjalan mencari tempat untuk berlindung. Kemudian aku melihat sebuah pohon. Aku memanjat pohon itu dan memejamkan mataku.
Pagi hari aku mencari makan kesana-kemari, tapi lagi-lagi tidak ada yang bisa kutemukan untuk dimakan. Pukulan dan pukulan yang terus aku dapatkan. Badanku terasa sakit-sakitan. Saat aku kembali ke pohon untuk beristirahat, tiba-tiba aku melihat daging di tengah jalan. Aku berlari untuk mengambil daging itu, tiba-tiba kucing lain datang. Aku tidak mau makananku diambil oleh kucing itu. Kami sama-sama kelaparan. Kami saling cakar-cakaran untuk mempertahankan daging itu. Aku tidak boleh kalah, daging itu harus jadi milikku. Badanku mulai berdarah. Di tengah pertempuran, kami di usir oleh seorang anak kecil yang lucu. Aku kabur memanjat pohon tempatku beristirahat. Lagi-lagi aku kehilangan makanan.
Aku mendengar sebuah teriakan. “Puuuussh... sini main.” Anak tadi ternyata mengikutiku. Aku bisa merasakan kalau anak itu adalah manusia yang baik hati. Rambutnya seperti ekor kuda di bagian kiri dan kanan kepalanya. Pipinya bulat, terlihat manis dan lucu. Lagi-lagi anak itu memanggilku. Tiba-tiba seorang manusia yang lebih dewasa keluar dari monster besi dan menghampiri anak itu. “Pa kasihan anak kucing itu luka”. Aku melihat sosok yang lebih dewasa itu dengan seksama. Tiba-tiba aku teringat. Orang itu adalah orang yang memasukkan aku ke dalam kotak sempit dua hari yang lalu. Orang itu mengulurkan tagannya. Dia mengangkatku dengan penuh kelembutan. “Akhirnya kamu ketemu juga, maaf ya kamu jadi susah seperti ini.” Aku bisa merasakan orang itu sangat baik. Aku di ajak masuk ke dalam perut monster yang sebelumnya telah aku masuki. Ternyata monster besi ini adalah kendaraan manusia yang bernama mobil. Saat aku keluar dari mobil itu, aku di ajak masuk ke dalam rumah orang-orang yang baik tadi. Aku di beri makanan enak dan di beri tempat tinggal yang bagus. Aku juga di pasangi kalung bertuliskan “Pusshy” begitulah orang-orang baik hati itu memanggilku.

See You.. :D

6 Februari 2013

Terima Kasih Tuhan Part2

3:07 AM 0 Comments

Cobaan ini terasa begitu berat. Obat-obatan yang dikonsumsinya memang berhasil menguragi rasa sakit, tapi sel kanker itu masih mendiami tubuhnya. Dokter menyarankan untuk melakukan kemoterapi dan operasi pengangkatan rahim, agar sel-sel kanker dapat di buang langsung ke sumbernya, sebelum menyebar ke bagian lain.
Setelah berpikir seminggu lamanya, Fatimah memutuskan untuk melakukan kemoterapi dan dirawat di rumah sakit. Dia memberitahu keluarganya bahwa dia mendapatkan proyek kerja lagi di luar daerah. Keluarganya kaget dengan pembicaraan Fatimah yang begitu mendadak. Anak sulung mereka yang baru saja pulang, sekarang sudah akan meninggalkan rumah ini.
“Ibu tenang saja, sekali seminggu aku akan pulang ke rumah.” Fatimah meyakinkan. “Tapi kamu baru seminggu di rumah, rasanya belum puas ibu melepaskan kerinduan ibu.”balas ibunya. ‘Ya Allah, maafkan aku karena telah berbohong kepada ibu dan keluargaku.’ Fatimah memeluk ibunya. Di hatinya Fatimah merasa takut ibunya akan mencium bau tidak sedap dari dirinya. Tiba-tiba punggungnya terasa panas dan sakit sekali, Fatimah terhuyung di pelukan ibunya dan tidak sadarkan diri.
Fatimah mendengar ada yang menangis. Saat dia membuka matanya, yang terlihat adalah wajah sedih dari keluarganya. Tangisan itu berasal dari ibunya. Kemudian Fatimah menyadari bahwa dirinya sedang terbaring di rumah sakit.
“Kenapa kamu tidak cerita kalau kamu sakit parah, Nak? Farhan menemukan sebuah kertas, hasil pemeriksaan kamu.” Ibunya menangis. Terungkap sudah semuanya. Fatimah merasa terpojok. Sedih, marah, dan juga malu  menjadi satu. Dia marah pada dirinya karena telah membuat keluarganya bersedih, dia malu akan penyakitnya. “Tinggalkan aku sendiri.”pinta Fatimah. Terlihat jelas dimata Fatimah kesedihan keluarganya, dan itu membuatnya semakin marah. “Aku mohon, tinggalkan aku sendiri.” suaranya mulai naik, emosinya tidak terkontrol.
Fatimah melihat ayahnya melirik Farhan dan juga Tiara. Mereka pun pergi meninggalkan Fatimah, namun ibunya tidak mau beranjak dari tempat duduknya. “Ibu tidak akan meninggalkan kamu dengan kondisi seperti ini.” Ibunya menatap Fatimah dengan penuh kasih sayang. “Apa yang kamu rasakan, Nak? Cerita sama ibu.” pinta ibunya yang sudah mulai menguasai diri. Fatimah melihat wajah ibunya.
“Aku takut, Bu..” Fatimah  mulai menangis terisak-isak. Ibunya kemudian memeluknya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. “Jangan takut, ada ibu.” jawab ibunya meneteskan air mata. Di pelukan ibunya Fatimah menangis, melepas semua kesedihan yang dirasakannya.
Saat hatinya mulai tenang, diapun meminta maaf kepada keluarganya karna telah berbohong. “Tidak apa-apa sayang, kami mengerti. Ibu dan ayah sudah bicara dengan dokter. Kami akan mendukung apapun bentuk pengobatan yang akan kamu jalani.”kata ibunya. Fatimah hanya diam mendengar perkataan ibunya. “Ada apa nak?” tanya ibunya lembut. “Sebenarnya aku takut untuk menjalani kemoterapi, dan operasi ini... ”Fatimah tidak sanggup melanjutkan kata-katanya. Ibunya tahu betul apa yang ada di dalam pikiran anaknya. Menjadi seorang ibu adalah impiam setiap kaum wanita. ”Ingatlah sayang, Allah tidak akan memeberikan cobaan melebihi kemampuan umatNya. Apapun yang terjadi dalam hidup ini, tetaplah berbaik sangka kepada Allah.” Ibunya berusaha untuk memeberikan keberanian pada Fatimah.
Fatimah pun mulai menjalankan kemoterapi. Kemoterapi di lakukan selama beberapa minggu, tergantung daya tahan tubuh dan seberapa besar efek obat-obatan itu terhadap Fatimah. Dalam seminggu Fatimah menjalani 3 kali kemoterapi. Efek samping dari kemoterapi terlihat sangat jelas. Badannya kurus dan lemas, kulitnya rapuh, dan rambutnya mulai rontok. Fatimah sering mengalami pendarahan, dan terkadang mengeluarkan bau yang tidak enak.
“Sebaiknya kalian di luar saja, disini bau.” Dia merasa malu dan minder.
“Yah kakak, aku ini kan calon dokter, masa aku harus kabur dari pasien, bukan dokter donk namanya.”jawab Tiara sambil tersenyum.
“Memangnya disini bau ya, Yah? Aku lagi pilek nih, jadi gak bisa nyium apa-apa.”tanya Farhan nyengir. “Hidung ayah juga lagi bermasalah, memang disini bau ya bu?” tanya ayahnya berlagak polos. Ibunya hanya tersenyum.
Suasana di rumah sakit sering membuat Fatimah ketakutan. Hampir setiap hari dia mendengar keranda mayat didorong, di lorong-lorong rumah sakit. Itu membuatnya sangat ketakutan. Fatimah pernah bertemu dengan penderita kanker serviks lainnya selama terapi. Rata-rata mereka telah berusia empat puluh tahun ke atas, mungkin dia adalah pasien kanker serviks termuda yang ada di rumah sakit itu. Beberapa di antara mereka ada yang sudah melakukan kemoterapi selama beberapa bulan. Ada juga yang sempat berhenti melakukan kemoterapi, karena tidak kuat dengan obat-obatan yang dikonsumsi. Akibatnya sel kanker kembali menyebar, dan dia harus melakukan kemoterapi kembali.
Suatu ketika Fatimah bertemu dengan seorang ibu yang hampir seumuran dengan ibunya, namanya ibu Rosa. Dia sering berbagi cerita dengan Fatimah, dan telah menganggap Fatimah sebagai anaknya. Menjelang operasi Fatimah sangat khawatir dan ketakutan. Dia takut operasi ini akan gagal. Dia takut, terbaring di keranda mayat yang sering di dengarnya selama ini. Ibunya selalu memberikan semangat dan dorongan, namun hati kecilnya masih resah.
 “Kamu beruntung, Nak.” kata Ibu  Rosa sambil tersenyum. “Beruntung? Beruntung kenapa, Bu? Aku disini menderita karena kanker yang ada di tubuhku.”balas Fatimah. “Coba kamu perhatikan ibu, selama ini apakah kamu pernah melihat ada yang datang membesuk ibu?”tanya ibu Rosa. Fatimah kemudian terdiam, lalu menggelengkan kepalanya. “Keluarga ibu kemana?”tanya Fatimah. “Suami ibu telah meninggal, dan ibu tidak punya anak.”jawab ibu itu. “Menurut kamu, bagaimana ibu menjalani penyakit ini seorang diri, tanpa ada dukungan dari keluarga?”tanya ibu itu lagi dengan penuh kelembutan. Fatimah terhanyut dengan pertanyaan ibu itu. Dia teringat saat dia menutupi penyakitnya dari keluarganya. Masa-masa itu adalah masa yang menyedihkan baginya. Lalu, bagaimana dengan ibu ini? Menjalani kemoterapi seorang diri, Fatimah tidak bisa membayangkan betapa sedih dan menderitanya ibu ini, dan betapa beruntungnya dirinya.
Dukungan dan doa dari keluarganyalah yang membuat Fatimah kuat menjalani kemoterapi. Keluarganya sama sekali tidak pernah memperlihatkan kesedihan, yang ada hanya canda tawa dan doa yang selalu mereka ucapkan. Lagi-lagi air mata mengalir di wajahnya, tapi kali ini bukan air mata kesedihan, tapi air mata kebahagiaan. “Lalu, bagaimana ibu bertahan sampai sekarang?”tanya Fatimah. Ibu itu mengangkat jari telunjuknya ke atas. “Allah selalu bersama umatnya.”jawab ibu itu tersenyum tegar.
Kata-kata itu membuat tubuh Fatimah bergetar. Ada semangat baru dalam dirinya, hatinya merasa tenang dan damai, kesedihan dan ketakutannya seolah-olah hilang dari dalam dirinya. Fatimah ingin sekali melaksanakan sholat dan mengucap syukur kepada Allah.   Menjelang akhir kemoterapi, pendarahan yang dialaminya sering datang di waktu yang tidak terduga, membuatnya sulit untuk beribadah. Keinginan untuk melaksanakan sholat benar-benar telah mengalir di tubuhnya. Dia pun melakukan mandi wajib, dan melaksanakan sholat. Dalam sholatnya dia menangis, dan berdoa.
Ya Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Terima kasih, atas segala nikmat yang telah Engkau berikan kepada hamba. Terima kasih, Engkau telah memberikan hamba keluarga yang begitu sayang dan peduli kepada hamba. Terima kasih, karena penyakit ini telah mengajari hamba banyak hal.
Ya Allah, selama ini hamba selalu bertanya-tanya, kenapa Engkau memberikan hamba cobaan seberat ini. Namun kini hamba menjadi sadar. Betapa berartinya sebuah kehidupan.
Ya Allah, Engkau Maha Tahu apa yang terbaik untuk hamba-hambaMu. Seandainya Engkau memanggil hamba sekarang, berikanlah kekuatan serta keikhlasan kepada keluarga hamba, sayangi dan lindungilah mereka selalu, dan panggillah aku dalam keadaan khusnul khotimah. Robbana atina fiddun ya hasanah wafil akhiroti hasanah, waqina ‘aza bannar. Amin ya robbal ‘alamin.
Operasi pengangkatan rahim, adalah hal yang sangat sensitif bagi kaum wanita. Suatu saat nanti mungkin dia tidak akan bisa melahirkan. Namun, Fatimah percaya, Allah akan memberikan yang terbaik untuknya. Operasi berjalan cukup lama. Keluarganya menanti dengan penuh harap sambil berdoa kepada Allah.
“Bagaimana keadaan anak saya dokter?”tanya ayah Fatimah. “Alhamdulillah, operasinya berjalan dengan lancar.”jawab dokter. “Alhamdulillah” semua keluarganya mengucap syukur. “Apakah anak saya sudah sembuh total dokter?”tanya ibunya. “Insya Allah, tapi kita perlu melakukan beberapa pemeriksaan lagi, untuk memastikan bahwa anak ibu telah sembuh total dari kanker.”
Fatimah tersadar, kali ini senyuman dan kebahagiaan yang terlihat di wajah keluarganya. ‘Alhamdulillah, Engkau masih memberikanku kesempatan untuk hidup’ batin Fatimah. “Bagaimana perasaanmu sayang?” tanya ibunya. “Alhamdulillah, Bu. Baik sekali.” jawab Fatimah tersenyum. Kemudian dia melihat ayahnya menangis. “Kenapa, Yah?”tanya Fatimah. “Ayah senang kamu baik-baik saja. Selama ini ayah selalu berdo’a agar kamu diberikan kekuata. Ayah benar-benar senang, dan bersyukur karena kamu bisa melewati masa-masa yang berat itu dengan baik.” jawab ayahnya. Baru kali ini Fatimah melihat ayahnya menangis, dan pancaran kebahagiaan terlihat jelas di matanya ayahnya.
Ayah adalah sosok yang selalu di kagumi Fatimah. Ayah selalu tersenyum dan bercanda, padahal ayahnya sendiri sedang gelisah mengkhawatirkannya . Sosok ayah berbeda sekali dengan ibu. Kasih sayang ibunya bisa dirasakan dan dilihatnya dengan jelas. Tapi ayahnya, sebagai seorang pemimpin dia selalu berusaha untuk terlihat kuat dan tegar, dan kali ini Fatimah bisa melihat isi hati ayahnya.
Beberapa hari setelah melakukan pemeriksaan pasca operasi. Dokter menyatakan bahwa Fatimah telah sembuh dari kankernya, dan bisa pulang ke rumah. Hari itu adalah hari kebebasan bagi Fatimah. Kesedihan dan kesakitannya selama beberapa bulan kini, telah pergi dan akan menjadi kenangan yang sangat berarti dalam hidupnya. Fatimah tidak lupa untuk berterima kasih dan berpamitan dengan ibu Rosa, yang telah memberikan pelajaran yang sangat berarti baginya.
 Saat perjalanan pulang. Tiba-tiba saja Fatimah meminta keluarganya untuk mampir ke sebuah panti asuhan. Dia bertemu dengan salah seorang penjaga panti asuhan. Lalu meminta izin untuk masuk ke sebuah ruangan, yang sangat menarik perhatiannya, baby room. Fatimah berjalan melihat sosok-sosok mungil itu dengan seksama. Lalu, jalannya terhenti. Salah satu diantara bayi-bayi itu tersenyum manis memandang wajah Fatimah. Hatinya langsung berdetak. Ada sesuatu yang dirasakannya. Sesuatu yang mungkin, hanya bisa dirasakan oleh seorang ibu. Fatimah menggendong bayi itu. “Bu, aku ingin mengadopsinya.”. Ibunya tersenyum menganggukkan kepala, begitu juga dengan keluarga nya yang lain.
Sekian

3 Februari 2013

Love Story a Little Girl

6:40 AM 2 Comments

Hmmm..... Setelah blokwalking kemana-mana, saya jadi ingin menulis di blog tercinta ini deh. Tapi bingung juga nih mau nulis apaan. Kalau saya bercerita tentang kegiatan saya hari ini rasanya biasa-biasa saja, kecuali saat saya berjumpa dengan abang tercinta, hahaha. Kakak saya yang satu ini, biarpun gayanya so cool tapi ngangenin juga. Gimana kalo saya cerita tentang pengalaman saya saat masih unyu-unyu nya (ups...heee). 

Jadi begini ceritanya. 
Saat itu saya masih berumur 6 tahun, dan ceritanya saya baru beberapa hari berada di kelas satu, sekolah dasar. Saya masih polos tuh waktu itu, masih penakut, masih pendiem, masih cengeng (sepertinya sampai sekarang masih cengeng deh. hehe), pokoknya waktu itu, apa-apa saya selalu di temenin kakak saya. Suatu hari saat jam istirahat sekolah (seingat saya), ada anak cowok berdiri muter-muter gak jelas di hadapan saya. Anak cowok itu megang sebuah pensil dan juga selembar kertas, dia senyum-senyum gak jelas gitu liatain saya, sambil nulis-nulis. 

"Itu anak ngapain yaaaa.....??????" tanda tanya besar melayang di atas kepala saya. 

Kemudian kakak saya dan temannyapun datang menghampiri saya. Oh iya, yang saya maksud kakak perempuan saya ya, uni uci, bukan si abang socool, heehee.
Beberapa hari di sekolah saya masih belum punya teman dekat, jadi si kakak selalu nemenin saya. Tiba-tiba anak cowok yang gak jelas tadi datang menghampiri saya, dan memberikan kertas yang dipegangnya tadi. Tau gak isi kertas itu apa? Saya sendiri juga gak tau, karna waktu itu saya belum bisa membaca dengan lancar, hahaha. 

Kakak saya dan temannya penasaran dengan kertas itu, mereka mengambil kertas itu dan membaca tulisan cakar ayam milik anak cowok tadi. Teman kakak saya langsung ketawa membaca tulisan itu. 
'Aku Suka Kamu'

Plak.... gubrak...... serius nih?? Wow,,
Lebih kurangnya itulah isi kertas itu. Saat itu saya langsung kaget, bingung, masih gak ngerti maksudnya apaan. Tepatnya, saya jadi sedikit takut, sedangkan anak tadi malah ketawa nyengir. Kakak saya hanya tertawa, sedangkan temannya malah ngledekin saya. Tidak lama bel berbunyi, sayapun masuk kelas, lalu memperhatikan anak cowok tadi. Ternyata dia duduk di bagian belakang. Sedangkan saya duduk di bangku paling depan. 

Namanya Bayu. Pastinya, itu pertama kalinya ada cowok yang nulis kaya gitu ke saya. Lucu ya, kecil-kecil bisa nulis kaya gitu, untunglah itu cuma sekedar lucu-lucuan saja.  Kalo dulu saya takut, sekarang saya merasa kocak dan geli sendiri kalo inget kejadian itu. hahaha. Apa kabar ya itu orang, saya gak pernah ketemu dia lagi, semenjak dia pindah sekolah.

Bicara soal masa kecil. Jadi kepikiran anak-anak zaman sekarang. Menurut saya, sekarang ini kita kekurangan film sama lagu anak-anak deh. Kebanyakan anak-anak sekarang nyanyiin lagu-lagu galau, terus filmnya cinta-cintaan. Dulu, setiap hari minggu saya selalu nonton film kartun; hamtaro, doraemon, power pop girl, power ranger, dragon ball, ada film wiro sableng juga. Pokoknya seru deh film-film saat saya kecil dulu, dari jam 6 pagi sampai jam 12an. Anak-anak sekarang kenal gak ya sama film-film yang saya sebutin barusan. 

Kadang, saya merasa kasihan sama anak-anak sekarang, terkesannya dewasa sebelum masanya. Sudahlah, untungnya beberapa stasiun tv menyadari akan hal itu, dan menayangkan film-film yang layak untuk di konsumsi anak-anak. 
Cukup dulu ya ceritanya. Ambil manfaatnya aja ya. Kalo ada kata-kata saya yang salah, mohon dimaafkan dan dimaklumi, namanya juga manusia, bisa khilaf.. hehe.. 

see you next time.. :D