Follow Us @soratemplates

10 Februari 2013

Perjalanan Si Pusshy



Malam itu cuaca sangat tidak bersahabat. Hujan lebat, badai, teriakan petir di segala penjuru, bahkan sebuah pohon kelapa tumbang, akibat kencangnya angin topan. Aku merasa tidak tenang, hatiku gelisah. Kotak sempit ini membuatku semakin resah. Aku mengumpulkan seluruh tenagaku untuk keluar dari kotak ini. Tanganku berusaha unuk mencari celah,  dan... berhasil, pintu kotak ini terbuka juga. Akupun keluar. Aku melihat sebuah celah, dan akupun keluar dari perut besi berkaki empat itu. Tiba-tiba angin kencang datang menghantam badanku, kepalaku pusing, badanku berputar melayang-layang di udara. Aku susah untuk bernafas, badanku dingin dan basah, angin ini terus membawaku pergi dari monster berkaki empat itu. Sekilas aku mendengar ada yang berteriak mengejarku, tapi angin ini berlari begitu cepat. Mendadak aku terjatuh di atas genangan air. Aku meraung sekuat tenaga. Air adalah musuh yang paling aku benci. Badanku hanyut terbawa aliran sungai. Suaraku tenggelam dalam derasnya hujan. Nafasku sudah sesak, tenagaku sudah habis. Apakah ini akhir hidupku? Aku pasrah.
Panasnya mentari membuatku tersadar. Aku masih hidup. Tapi kakiku masih terasa basah. Aku melihat ke sekeliling, dan... ternyata aku tersangkut di atas kayu yang terapung. Aliran sungai membawaku semakin jauh. Aku berteriak sekuat tenagaku, meminta pertolongan. Aku takut, aku kedinginan, aku kelaparan. Teriakanku sepertinya tidak cukup terdengar oleh manusia. Aku meraung, mengumpulkan seluruh tenagaku untuk berteriak. Upayaku berhasil. Seorang anak laki-laki datang dan mengeluarkanku dari sungai. Kemudian anak itu pergi meninggalkanku begitu saja. Aku mengatur nafasku, panasnya mentari membantuku untuk mengeringkan badan. Rasa lapar kembali datang, aku berjalan melewati jalan setapak. Terus berjalan, kemanapun kaki ini akan membawaku, mencari sesuatu yang bisa dimakan. Setelah berjalan cukup jauh, aku melihat sesuatu yang begitu menggiurkan. Aku berlari mengejarnya dan memanjat ke atas tumpukan plastik-plastik dan sampah manusia. Hmmm... aku mencium bau yang bener-bener membuat perutku menari tidak karuan, air liurku mulai meleleh. Ini dia, kepala ikan ini terlihat sangat lezat.
Plak.. badanku terhuyung jatuh. Seorang manusia raksasa dengan perutnya yang super besar, memukulku menggunakan tongkat panjang dengan rambut yang terurai. Sakit sekali. Lagi-lagi manusia itu memukulku sambil berteriak-teriak memekakkan telingaku. Aku berlari meninggalkan makananku. Bersembunyi di bawah monster besi besar berkaki empat, monster ini sama seperti mosnter besi yang sebelumnya. Akupun berlari meninggalkan monster ini, aku takut dimakannya. Aku terus berjalan, mencari sesuatu untuk menenangkan perutku yang terus-terusan berisik dari tadi. Aku sampai di sebuah jalan besar, dan aku melihat monster besi yang berlari kesana-kemari dengan cepatnya. Aku mulai panik, badan ku mulai tegang dan buluku berdiri saat monster besi itu menghampiriku. “Kucing bodoh, pergi sana..hush.” Seorang manusia berteriak dari dalam monster besi itu. Aku berlari sekuat tenaga mencari tempat yang aman. Kemanapun kakiku melangkah, selalu ada monster besi. Terkadang mosnter besi itu mengeluarkan manusia dari dalamnya, dan terkadang monster besi itu buang angin sembarangan dengan warnanya yang putih. Tiba-tiba ada monster lain yang berlari dengan cepatnya, mengeluarkan suara yang sangat memekakkan telingaku. Monster ini berkaki dua, dan ada manusia yang menungganginya.
Perutku tak henti-hentinya mengeluarkan suara aneh. Di ujung jalan, aku melihat genangan air, aku minum air itu untuk menghilangkan dahagaku. Kemudia aku berjalan lagi mencari sesuatu yang bisa dimakan. Kemudian aku melihat tumpukan ikan kering. Aku ingin memakannya, baunya begitu menggiurkan, air liurku meleleh. Tapi disana banyak manusia yang sibuk mondar-mandir. Tumpukan ikan kering itu dijaga oleh seorang manusia dengan kumisnya yang tebal, tidak seperti kumisku yang cuma ada tiga helai di bagian kiri dan kanan pipiku. Aku berjalan pelan-pelan. Mencari kesempatan untuk menangkap ikan kering itu. Langkahku semakin dekat, baunya menusuk sampai ke tenggorokanku, aku hampir gila mencium bau ikan itu. Tanpa peduli apapun, aku meloncat dan ...
Plak.. Belum sempat aku mengambil ikan kering itu, tiba-tiba aku terkulai jatuh. Manusia berkumis itu memukulku, lebih sakit dibandingkan sebelumnya. Aku langsung kabur melarikan diri. Badanku terasa sangat lemas karna kelaparan. Aku berjalan lagi mencari sesuatu yang bisa dimakan. Mentari sudah bersiap-siap untuk tidur, aku belum juga menemukan sesuatu yang bisa dimakan.
Butiran cahaya di langit , membuatku merasa tenang dan damai di malam yang sunyi ini. Aku terus berjalan mencari tempat untuk berlindung. Kemudian aku melihat sebuah pohon. Aku memanjat pohon itu dan memejamkan mataku.
Pagi hari aku mencari makan kesana-kemari, tapi lagi-lagi tidak ada yang bisa kutemukan untuk dimakan. Pukulan dan pukulan yang terus aku dapatkan. Badanku terasa sakit-sakitan. Saat aku kembali ke pohon untuk beristirahat, tiba-tiba aku melihat daging di tengah jalan. Aku berlari untuk mengambil daging itu, tiba-tiba kucing lain datang. Aku tidak mau makananku diambil oleh kucing itu. Kami sama-sama kelaparan. Kami saling cakar-cakaran untuk mempertahankan daging itu. Aku tidak boleh kalah, daging itu harus jadi milikku. Badanku mulai berdarah. Di tengah pertempuran, kami di usir oleh seorang anak kecil yang lucu. Aku kabur memanjat pohon tempatku beristirahat. Lagi-lagi aku kehilangan makanan.
Aku mendengar sebuah teriakan. “Puuuussh... sini main.” Anak tadi ternyata mengikutiku. Aku bisa merasakan kalau anak itu adalah manusia yang baik hati. Rambutnya seperti ekor kuda di bagian kiri dan kanan kepalanya. Pipinya bulat, terlihat manis dan lucu. Lagi-lagi anak itu memanggilku. Tiba-tiba seorang manusia yang lebih dewasa keluar dari monster besi dan menghampiri anak itu. “Pa kasihan anak kucing itu luka”. Aku melihat sosok yang lebih dewasa itu dengan seksama. Tiba-tiba aku teringat. Orang itu adalah orang yang memasukkan aku ke dalam kotak sempit dua hari yang lalu. Orang itu mengulurkan tagannya. Dia mengangkatku dengan penuh kelembutan. “Akhirnya kamu ketemu juga, maaf ya kamu jadi susah seperti ini.” Aku bisa merasakan orang itu sangat baik. Aku di ajak masuk ke dalam perut monster yang sebelumnya telah aku masuki. Ternyata monster besi ini adalah kendaraan manusia yang bernama mobil. Saat aku keluar dari mobil itu, aku di ajak masuk ke dalam rumah orang-orang yang baik tadi. Aku di beri makanan enak dan di beri tempat tinggal yang bagus. Aku juga di pasangi kalung bertuliskan “Pusshy” begitulah orang-orang baik hati itu memanggilku.

See You.. :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar