Follow Us @soratemplates

20 September 2015

Bebas

6:05 AM 1 Comments

Seandainya.. Andre bergumam. Matanya tertuju pada sebuah buku dengan cover merpati yang sedang terbang bebas di udara.

“Disaat mau skripsi begini masih saja disuruh melakukan penelitian. ” Seto datang memecah lamunannya.

Kamu suka hewan, Ndre?” tanya Seto.

“Ah.. bukan. Hanya sekedar ingin melihat-lihat saja.”balasnya.

“Kelewatan deh, Bu Asri. Memberi tugas disaat-saat sudah mau skripsi. Kebayang tidak, aku di suruh bikin dua jurnal sekaligus, belum lagi dengan kelas tambahan.” Seto terlihat sangat emosi saat memperlihatkan buku yang berjudul Jurus Ampuh Membuat Jurnal.

“Tapi.. kamu masih suka, kan?” Andre bergumam.

“Suka? Yang benar saja.. mana ada yang suka diberi tugas banyak seperti ini.” balas Seto balik.

“Setidaknya sesulit apapun itu, kamu masih menikmatinya.” gumam Andre penuh makna.

Aku bisa apa, Ndre. Ini sudah menjadi kewajiban kita sebagai seorang mahasiswa. Oh iya, kamu kapan,  Ndre. Masuk kuliah lagi? Memangnya kamu tidak kasihan dengan ibumu yang sering sakit-sakitan. Bukannya kamu sekarang sudah menjadi anak satu-satunya?” Ucap Seto tanpa menyadari raut wajah Andre yang sudah berubah.

Kamu seharusnya tahu, kalau aku tidak suka ada orang yang mengungkit hal itu.”balasnya, kemudian dia pun pergi meninggalkan Seto begitu saja.

“Andre..!!” terdiak Seto.

Semua mata tertuju padanya, seorang anak laki-laki jangkung menatap Seto melalui kacamatanya yang bulat, jari telunjuk menempel dimulutnya yang monyong. Namun Andre sama sekali tidak menoleh.

Aku minta maaf, Ndre…” teriaknya tanpa memperdulikan tatapan mata yang tertuju padanya.Andre pergi meninggalkan toko buku itu dengan perasaan marah dan juga sedih.

 Sebuah bunyi pesan masuk ke handphone nya. Mata Andre terlihat berbinar, senyum merekah dibibirnya yang tipis. Andre melangkahkan kakinya dengan cepat, menuju studio. Tempat di mana teman-temannya sudah menanti.

Begitu memasuki ruangan, Andre langsung menyambar gitar klasik nya yang berwarna biru tua. Membuat penampilannya semakin kontras dengan bajunya yang berwarna biru langit. Andre mulai memainkan senar gitarnya, lalu menyanyikan sebuah lagu yang dia ciptakan sendiri. Diiringi iringan musik lain yang dimainkan oleh beberapa temannya, lagu itu terdengar indah dan merdu. Setelah satu jam berlalu, tiba-tiba handphone nya berdering kembali. Andre menatap layar handphonenya cukup lama. Dalam sekejap wajah Andre berubah masam, lalu dia pun menjawab panggilan itu.

“Halo”

“Andre..!! Pulang kamu sekarang!” suara dari balik panggilan itu terdengar sangat marah, lalu memutuskan panggilannya.

“Kenapa, Ndre?”tanya temannya, yang seorang drummer.

Aku harus balik sekarang.”jawabnya.

“Pasti dari ayahmu ya? tanya Sera, teman pdianis nya.

Andre hanya tersenyum kecut, lalu pergi meninggalkan teman-temannya.

---

PLAK!!
Pipi Andre memerah saat telapak tangan ayahnya menyambar pipi kanannya. Matanya nanar melihat kamarnya yang berantakan dengan pecahan gitar. Andre langsung berlari mengambil pecahan – pecahan itu.

“Apa ini?” tanya ayahnya memegang selembar brosur kompetisi musik.

Andre hanya diam. Dia masih saja mengumpulkan pecahan-pecahan gitar yang bertebaran dimana-mana. Kemudian ayahnya pun datang menarik tangan Andre, dan mendorongnya ke dinding.

“Jawab!!” bentak ayahnya lagi.

Bibir Andre tertutup rapat. Dia membalas tatapan ayahnya cukup lama.

“Anak kurang ajar. Tidak tahu diri. Seandainya kakakmu tidak mengalami kecelakaan, pasti dia akan menjadi anak yang sukses sekarang. Tidak seperti kamu, yang tahunya hanya mengahabiskan uang dan bermain musik tidak karuan.”

Sudah, Pa.. Sudah.” Ibu Andre yang sedari tadi diam menahan tangis, mencoba untuk menenangkan ayahnya.

“Kamu juga..!! Membesarkan anak satu saja tidak bisa. Dasar istri tidak berguna.” bentak ayahnya. 

Andre berusaha sekuat tenaga untuk menahan gejolak amarah dan emosinya, dia tidak ingin membuat ibunya khawatir. Ibu Andre terlihat sangat ketakutan, derai air mata mengalir di wajahnya yang rapuhh.

Sekarang katakan. Sejak kapan kamu mulai berhenti kuliah?” tanya ayahnya. Lagi-lagi Andre berdiam diri.

“JAWAB !!” hardiknya.

Andre di pukul lagi, namun ibunya yang berusaha melindungi Andre justru terkena pukulan ayahnya. Andre merangkul ibunya dengan lembut. Ayahnya menghela nafas dalam, lalu pergi meninggalkan mereka berdua. Andre melihat ibunya berusaha menahan rasa sakit, kemudian dari hidung ibunya mulai keluar darah. Melihat hal itu, kemarahan dan kebencian pada ayahnya semakin bertambah. Andre mulai naik pitam, dia mengejar ayahnya, lalu melemparinya dengan pecahan-pecahan gitar yang ada ditangannya.

Pertikaian pun tidak bisa dihentikan. Ayahnya berbalik memukul Andre habis-habisan. Namun untuk pertama kalinya, Andre membalas pukulan ayahnya. Perkelahianpun tidak dapat dihindarkan antara ayah dan anak.

“Hentikan. Sudah cukup hentikan, Andre.!” Pinta ibunya dengan suara bergetar. Namun Andre mengabaikan perintah ibunya. Saat ayahnya berusaha memukul Andre, lagi-lagi ibunya datang untuk melindungi Andre. Kecelakaan pun terjadi, pukulan itu tepat mengenai ibunya hingga terjatuh ke tangga. Tubuh ibunya yang lemah berguling melewati setiap anak tangga.

Ibu....!!” terdiak Andre ketakutan. Melihat darah istrinya yang mengalir di lantai membuat ayah Andre terdiam kaku tidak berdaya. Dia terduduk di lantai, tidak kuat menahan beban tubuhnya yang syok.

Bu.. bangun, Bu. Andre mohon, Bu.” Air matanya jatuh  di wajah ibunya yang penuh dengan darah.
---
“Dokter. Bagaimana keadaan ibu saya, Dok?”tanya Andre. Dokter itu diam sejenak. Dia mengelus bahu Andre. “Sabar ya, Nak.” Kemudia dokter itupun pergi meninggalkan Andre.

 Andre terhentak bagaikan disambar petir. Dia mengumpulkan seluruh tenaganya untuk berjalan memasuki ruang UGD. Kakinya terasa kaku, setiap langkah kecilnya terasa begitu lama, seolah-olah waktu berhenti berputar. Semakin dia dekat dengan sosok yang ditutupi dengan kain putih itu, semakin jantungnya berdetak tidak karuan. Tangannya yang gemetar berusaha untuk membuka kain yang menutupi wajah ibunya. Andre menatap wajah penuh cinta itu dengan seksama. Kini wajah itu telah menjadi kaku dan pucat, tidak ada beban lagi diwajah yang rapuh itu. Mulut Andre bergetar saat berusaha memanggil ibunya. Air mata jatuh bertubi-tubi, membanjiri wajahnya.

Andre mencium kening ibunya untuk yang terakhir kalinya. Tangannya yang masih gemetar berusaha untuk menutup kembali wajah ibunya dengan hati yang tertekan. Saat itu juga, ayah Andre datang menghampirinya. Matanya basah, dan untuk kedua kalinya setelah kematian kakaknya, dia melihat ayahnya tidak berdaya. Saat Andre keluar ruangan, dia berbisik kepada ayahnya.

“Asal anda tahu. Riko kakak saya bukan mati karena kecelakaan. Tapi karena bunuh diri. Dan, itu semua karena tekanan yang selalu anda berikan kepadanya. Kini dia sudah bebas, sama seperti ibu saya yang sudah terbebas dari anda.”
~ SEKIAN ~

18 September 2015

Keluarga Baru di Negeri Perantauan

7:34 AM 1 Comments
Hallo sahabat...
Iseng-iseng buka file penulisan, trus ketemu deh sama file ini.. sebuah catatan yang kurindukan... :D

 
Keluarga Baru di Negeri Perantauan
Keluarga. Membacanya saja sudah membuat hati ini menjadi hangat. Keluarga adalah bagian dari hidupku yang sangat luar biasa. Keluargaku tidak hanya kedua orangtua dan saudara kandungku. Disini, di perantauan ini, aku menemukan banyak keluarga, di FARIS, HIKMAH dan keluarga di FLP Depok. Di keluargaku yang baru ini, aku bisa merasakan kenyamanan dan ketenangan. Berkumpul dengan orang-orang yang luar biasa, dengan berbagai kararakter serta berkumpul dengan orang-orang yang mempunyai impian yang sama denganku.
          Salah satu yang membuatku merasa begitu bersyukur adalah dengan kehadiran keluarga baruku ini. Keluargaku di Faris, banyak hal-hal menyenangkan dan spektakuler yang kudapatkan. Humas-Media, ini dia, yang semakin membuatku nyaman, rekan-rekan tim yang super luarbiasa ini, selalu saja membuatku tertawa. Melakukan pekerjaan yang kita senangi itu memang sangat menyenangkan, walaupun kita sering merasa lelah dan capek, tapi karna dilakukan dengan senang hati, semua rasa lelah itu bagaikan angin lewat. Aku sangat bersyukur bisa bekerja dengan tim sehebat mereka, keluarga “keles” yang menjadi bagian menyenangkan di keluarga FARIS.
          Kalau HIKMAH itu, adalah keluarga seperjuangan. Disini, aku punya banyak saudara dengan karakter yang unik. Menyenangkan berada diantara mereka. Rasanya ingin selalu berkumpul bersama mereka. Hmm, jadi ingat saat pertama kali bertemu dengan keluarga ini,tepat tiga setengah tahun yang lalu. Dari keluarga inilah, aku bisa berkenalan dengan keluarga FARIS. Dari keluarga ini juga aku bertemu dengan saudara-saudara di FARIS. Hikmah, adalah awal dari keluarga besarku di FARIS. Hikmah tidak hanya menjadi saudaraku, terkadang ia bisa menjadi seperti orangtua yang selalu mengingatkan, adik yang selalu minta diperhatikan, kakak yang selalu ingin melindung dan teman tempat untuk berbagi cerita.
          FLP Depok. Nah, ini keluarga terbaruku saat ini. Meskipun hanya dipertemukan sekali dalam dua minggu, bahkan lebih. Tapi, entah kenapa aku bisa merasa dekat dengan keluarga baru ini. Mungkin karna kami semua dipertemukan karna mempunyai impian yang sama – menjadi seorang penulis. Seringkali, kedekatan itu muncul karna diawali dengan persamaan suatu hal. Lewat tulisan-tulisan mereka aku menjadi semangat untuk menulis, lewat tulisan meraka aku jadi tekesima, bahkan aku merasa tertinggal juga. Mereka yang mengobarkan semangatku untuk terus berkarya, dan melatih diriku untuk mewujudkan impianku.
Rasanya sungguh menyenangkan melakukan hal-hal yang kita senangi dengan orang-orang yang mempunyai visi yang sama. Belajar berdakwah, dan belajar mengarungi samudra kehidupan ini bersama-sama. Alhamdulillah, terima kasih ya Allah, atas nikmat yang telah banyak Engkau berikan kepada hamba.
05 Januari 2014

12 September 2015

Cara Partisi Flash Disk dengan Mini Tool Partition Wizard

10:13 AM 0 Comments

Berikut merupakan langkah-langkah untuk mempartisi flash disk menggunakan Mini Tool Partition Wizard:

1.      Jika PC yang gunakan belum memiliki software tersebut, bisa download di situs berikut berikut: http://www.partitionwizard.com/free-partition-manager.html2.      Jika sudah terinstall, colokkan flash disk ke PC
3.      Jalankan Mini Tool Partition Wizard, hingga muncul gambar seperti dibawah ini, kemudian  pilih Launch Application


Gambar 1. Pilih Launch Application

4.      Pada tampilan Mini Tool Partition Wizard, pilih Disk 2 (disk yang akan di partisi)5.      Klik kanan dan klik delete


Gambar 2. Delete pada flash disk yang akan dipartisi

6.      Klik kanan lagi, kemudian pilih create, dan muncul tampilan berikut:

Gambar 3. Tampilan untuk partisi disk

Partition label: bisa diisi dengan sembarang namaFile system : FAT 32 (sesuai keinginan)Partition size : 3.5 GB (pilih sesuai keinginan)


7.      Pilih OK
8.      Lakukan hal yang sama untuk patisi berikutnya, namun sebelumnya kan muncul tampilan berikut: (pilih yes)

Gambar 4. Tampilan Warning untuk partisi berikutnya

9.      Setelah selesai, klik Apply pada bagian pojok kiri atas
10.  Tunggu hingga proses selesai