Follow Us @soratemplates

22 Januari 2013

Perubahan


Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, jika kaum itu sendiri tidak mau mengubahnya.


Perubahan adalah suatu keajaiban. Sesuatu yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin, sesuatu yang baik bisa menjadi buruk, dan yang buruk bisa menjadi baik. Perubahan, bisa dilakukan oleh siapapun. Perubahan yang baik akan berujung kepada kebaikan, perubahan yang buruk akan berujung pada keburukan. Perubahan seperti apa yang kita inginkan? Tentunya perubahan untuk menjadi manusia  yang lebih baik.

Dalam setiap perubahan yang kita lakukan, butuh proses untuk mencapai tujuan dari perubahan itu sendiri. Tidak hanya itu, kita akan diuji dalam proses perubahan itu. Saya teringat lagi kisah Anggi seorang anak punk, yang sebelumnya pernah saya ceritakan. Dulu dia adalah seseorang yang suka mabuk-mabuk, semenjak dia bergabung dengan punkmuslim, perlahan hidupnya mulai berubah. Suatu ketika seorang anak punk lain memintanya untuk membelikannyasebuah minuman keras. Ini adalah ujian untuk Anggi, untungnya Anggi bisa menolak tawaran teman punknya itu. Tidak hanya itu Anggi juga ditawari obat-obatan. Anggi mengambil obat-obatan itu, lalu dia membuangnya. “Ah lu mentang-mentang sudah gabung dengan punk muslim lu” begitulah ungkapan yang dilontarkan anak-anak punk lain kepada Anggi. Ketika melakukan suatu perubahan, kita juga harus siap dengan perubahan yang ada disekitar kita. Perubahan cara pandang orang lain terhadap kita. Perubahan sikap orang lain kepada kita, dan bagaimana orang lain menilai perubahan kita itu. Dalam hidup akan selalu ada pihak yang pro dan kontra dengan perbuatan kita. Saya teringat dengan kisah seorang anak bersama ayahnya, dan seekor keledai.

Dikisahkan seorang  anak berjalan menuju pasar bersama ayahnya yang sedang duduk di atas seekor keledai. Ketika mereka berpapasan dengan orang lain di jalan. Orang itu berkata ‘Sungguh tega sekali bapak itu, dia enak-enakan duduk, sedangkan anaknya berjalan.’ Mendengar hal itu, maka bergantilah posisi anak dan bapak tersebut. Anak itu duduk di atas keledai dan bapaknya yang berjalan kaki. Kemudian mereka berpapasan lagi dengan orang lain. ‘Tega sekali anak itu, membiarkan ayahnya berjalan.’ Mendengar hal itu, akhirnya anak dan bapak itu duduk di atas keledainya. Saat berpapasan lagi-lagi dengan seseorang mereka mendapat komentar ‘Tega sekali mereka duduk di atas keledai itu, kasihan sekali keledai itu.’ Mendengar hal itu, anak dan bapak tersebut memilih untuk mengangkat keledai tersebut. Saat di jalan, lagi-lagi mereka berpapasan dengan orang lain ‘Sudah gila mereka, bukannya mereka yang duduk di atas keledai, tapi malah mereka yang menggendong keledai itu.’ Si anak pun bertanya kepada ayahnya. ‘kenapa setiap tindakan yang kita lakukan selalu salah?’ kemudian ayahnya menjawab ‘Begitulah manusia, makanya turutilah apa yang benar menurut kata hatimu.

Jangan menunggu siap untuk melakukan perubahan, siap itu datang ketika kita sudah melakukan perubahan. Kalau menunggu siap, yang ada hanya penundaan dan penundaan, tidak jelas ujungnya sampai dimana. Ketika ada pihak lain yang mengatakan ‘ah, lo sendiri masih belum berubah’ atau kata-kata lain yang memojokkan kita. Saya hanya bisa bilang, untung tidak semua orang berpikiran seperti itu, seandainya semua orang berpikir seperti itu, lalu siapakah orang yang akan mengingatkan kita? Siapakah orang yang akan menasehati kita? Nabi sendiri, adalah seseorang yang memberi peringatan. Jadi, ketika ada seseorang yang bilang seperti itu, yuk kita biarkan saja mereka, yang penting kita sudah mengamalkan apa yang diperintahkan oleh Allah. 
‘Dan saling nasehat-menasehatilah kamu dalam kebaikan.’

Saya sendiri, masih dalam tahap belajar, yuk kita sama-sama belajar, berubah menjadi manusia yang lebih baik lagi. Semoga bermanfaat, saya juga minta maaf jika ada pihak-pihak yang tidak senang. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar