Allah tidak
akan mengubah keadaan suatu kaum, jika kaum itu sendiri tidak mau mengubahnya.
Perubahan
adalah suatu keajaiban. Sesuatu yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin,
sesuatu yang baik bisa menjadi buruk, dan yang buruk bisa menjadi baik.
Perubahan, bisa dilakukan oleh siapapun. Perubahan yang baik akan berujung
kepada kebaikan, perubahan yang buruk akan berujung pada keburukan. Perubahan
seperti apa yang kita inginkan? Tentunya perubahan untuk menjadi manusia
yang lebih baik.
Dalam setiap
perubahan yang kita lakukan, butuh proses untuk mencapai tujuan dari perubahan
itu sendiri. Tidak hanya itu, kita akan diuji dalam proses perubahan itu. Saya
teringat lagi kisah Anggi seorang anak punk, yang sebelumnya pernah saya ceritakan.
Dulu dia adalah seseorang yang suka mabuk-mabuk, semenjak dia bergabung dengan
punkmuslim, perlahan hidupnya mulai berubah. Suatu ketika seorang anak punk
lain memintanya untuk membelikannyasebuah minuman keras. Ini adalah ujian untuk
Anggi, untungnya Anggi bisa menolak tawaran teman punknya itu. Tidak hanya itu
Anggi juga ditawari obat-obatan. Anggi mengambil obat-obatan itu, lalu dia
membuangnya. “Ah lu mentang-mentang sudah gabung dengan punk muslim lu”
begitulah ungkapan yang dilontarkan anak-anak punk lain kepada Anggi. Ketika
melakukan suatu perubahan, kita juga harus siap dengan perubahan yang ada
disekitar kita. Perubahan cara pandang orang lain terhadap kita. Perubahan
sikap orang lain kepada kita, dan bagaimana orang lain menilai perubahan kita
itu. Dalam hidup akan selalu ada pihak yang pro dan kontra dengan perbuatan
kita. Saya teringat dengan kisah seorang anak bersama ayahnya, dan seekor
keledai.
Dikisahkan
seorang anak berjalan menuju pasar bersama ayahnya yang sedang duduk di
atas seekor keledai. Ketika mereka berpapasan dengan orang lain di jalan. Orang
itu berkata ‘Sungguh tega sekali bapak itu, dia enak-enakan duduk, sedangkan
anaknya berjalan.’ Mendengar hal itu, maka bergantilah posisi anak dan
bapak tersebut. Anak itu duduk di atas keledai dan bapaknya yang berjalan kaki.
Kemudian mereka berpapasan lagi dengan orang lain. ‘Tega sekali anak itu,
membiarkan ayahnya berjalan.’ Mendengar hal itu, akhirnya anak dan bapak
itu duduk di atas keledainya. Saat berpapasan lagi-lagi dengan seseorang mereka
mendapat komentar ‘Tega sekali mereka duduk di atas keledai itu, kasihan
sekali keledai itu.’ Mendengar hal itu, anak dan bapak tersebut memilih
untuk mengangkat keledai tersebut. Saat di jalan, lagi-lagi mereka berpapasan
dengan orang lain ‘Sudah gila mereka, bukannya mereka yang duduk di atas
keledai, tapi malah mereka yang menggendong keledai itu.’ Si anak pun
bertanya kepada ayahnya. ‘kenapa setiap tindakan yang kita lakukan selalu
salah?’ kemudian ayahnya menjawab ‘Begitulah manusia, makanya turutilah
apa yang benar menurut kata hatimu.’
Jangan
menunggu siap untuk melakukan perubahan, siap itu datang ketika kita sudah
melakukan perubahan. Kalau menunggu siap, yang ada hanya penundaan dan
penundaan, tidak jelas ujungnya sampai dimana. Ketika ada pihak lain yang mengatakan
‘ah, lo sendiri masih belum berubah’ atau kata-kata lain yang memojokkan
kita. Saya hanya bisa bilang, untung tidak semua orang berpikiran seperti itu,
seandainya semua orang berpikir seperti itu, lalu siapakah orang yang akan
mengingatkan kita? Siapakah orang yang akan menasehati kita? Nabi sendiri,
adalah seseorang yang memberi peringatan. Jadi, ketika ada seseorang yang
bilang seperti itu, yuk kita biarkan saja mereka, yang penting kita sudah
mengamalkan apa yang diperintahkan oleh Allah.
‘Dan saling
nasehat-menasehatilah kamu dalam kebaikan.’
Saya sendiri,
masih dalam tahap belajar, yuk kita sama-sama belajar, berubah menjadi manusia
yang lebih baik lagi. Semoga bermanfaat, saya juga minta maaf jika ada
pihak-pihak yang tidak senang. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar