Hai sahabat blogy.. apa kabarnya hari ini. Maaf
ya.. sudah hampir setahun blog ini sepi kayak kuburan. Sok sibuk sih ami..hahaha 
Hari ini ada temenku yang ikut ujian SIMAKUI
untuk Magister Ilmu Management, hmm.. semoga ujiannya lancar, dan semoga lulus
ya teman-teman. Pelaksanaan ujian ini membuatku teringat sama masa-masa setelah
kelulusanku. Aku lulus S1 di akhir tahun 2014, dan akupun mendapatkan tawaran
beasiswa untuk melanjutkan S2 (fastract) dari kampus.
Dari dulu aku ingin jadi
dosen, dan salah satu persyaratan untuk jadi dosen adalah lulusan S2. Makanya
sekarang aku melanjutkan kuliah S2.
Jujur saja, setelah selesai
skripsi, aku menyadari bahwa masih banyak ilmu yang belum aku ketahui, itu
semua berkat dosen pembimbingku Bapak I Made Wiryana. Seorang dosen yang cukup
terkenal dikampusku. Seorang dosen yang banyak dikagumi juga ditakuti oleh para
mahasiswa. Takut bukan karena sifatnya, tapi karena ilmunya, alias.. kamu bakalan
mikirin skripsi kamu extra lebih banyak banget dan kamu bakalan banting tulang
untuk menyelesaikan skripsi tersebut, bahkan sampai nangis darah #lebay (itu
yang aku alamin).
Mengenang
pengalaman skripsi.
Ketika tahu dosen pembimbingku Pak Made,
rasanya…. Duh deg-degan.
Lho, kok bisa? Aduh gawat.. gimana ini?? Aku jadi
takut sendiri. Kenapa? Itu semua karena rumor yang beredar bahwa skripsi dengan
Pak Made itu susah. Alhasil aku sudah parno duluan. Aku mencoba tanya sana,
tanya sini.
Mencari tahu, kalau bimbingan sama beliau banyak syaratnya atau
gak? Nah dari informasi yang beredar, kalau bimbingan sama beliau, pasti
bakalan pakai linux, open source.
Tentu saja, karena beliau adalah pelopor perkembangan linux di Indonesia. Kalau
penasaran, coba aja buka link ini. Atau masih banyak link lain lagi tentang siapa beliau.
Lanjut. Hari pertama bimbingan. Aku dan beberapa teman satu DP an sedikit
tegang dan canggung menunggu kedatangan sosok yang dikagumi itu.
Saat Pak Made
datang menemui kami… waw.. semuanya diluar ekspektasi kami, beliau menyambut
kami dengan hangat juga ramah dan kita pun sering diajak tertawa dan bercanda.
Semua kegelisahan diawal tadipun hilang seketika. Tapiiii, memang ada beberapa
persyaratan bagi yang bimbingan dengan beliau.
Diantaranya, berani dengan hal
yang baru. Si bapak tidak mau dengan hal-hal yang sudah biasa-biasa saja,
artinya, mau tidak mau kita harus belajar hal yang baru. Sedangkan untuk
penulisannya harus menggunakan latex. Dan masih ada beberapa persyaratan lainnya. Hehe…
kepo yaaa… udah sekian aja… 
Di awal-awal pertemuan, apapun yang aku usulkan saat penulisan skripsi, bakalan selalu ada pembaharuan dari si Bapak. Teringat dengan syarat bimbingan yang tadi, berani dengan hal yang baru, akhirnya akupun menyerah dalam pemilihan topik, karena aku yakin apapun yang aku pilih, hasilnya akan sama saja, yaitu belajar hal yang baru.
Nah, untuk framework php yang
digunakanpun harus yang micro. Aku sempat
bingung dalam pemilihan framework yang tepat, namun setelah banyak pertimbangan
akupun memutuskan untuk menggunakan micro framework slim
Tapiiiiiii….. tutorial untuk farmework ini masih sedikit pada saat itu,
meskipun tutorialnya lebih banyak jika dibandingkan dengan micro framework
yang lain. Dalam pengerjaan skripsi ini, aku mencoba meminta bantuan ke
beberapa teman, tapi banyak dari mereka yang tidak tahu dan tidak mengerti
dengan skripsi yang kubuat. Jangankan mereka, aku saja pada saat itu tidak
mengerti dengan apa yang kubuat (hahaha..)
. Meskipun selama pengerjaan skripsi
ini cukup “susah dan berat”, tapi Pak Made
sangat baik, beliau juga sangat pengertian pada mahasiswanya, dengan sabar
beliau menjelaskan apa yang tidak kita mengerti, bahkan sampai berulang kali.
Intinya kita mau berusaha. 
Singkat cerita, setelah
melalui perjuangan yang cukup melelahkan, akupun LULUS S1… HOREEEEE….
Oiya, ada
satu kunci yang kuterapkan saat pengerjaan skripsi tersebut, sebuah kunci yang
menurutku patut untuk dicoba dan insya Allah sudah terbukti, penasaran ya….??
Haha.. kuncinya adalah…… jreng..jreeeeng…. ILMU SEDEKAH .
Yup, pada saat itu aku
mencoba untuk menerapkan ilmu sedekah, meskipun awalnya ada keraguan, apakah
boleh atau tidak, tapi setelah bertanya pada mentorku, ternyata kita diizinkan
untuk bersedekah dengan niat, jika membantu urusan orang lain, maka urusan
kitapun insya Allah akan dibantu oleh Allah (lebih kurangnya seperti itu). Hal
yang terpenting adalah kita berharap sama Allah bukan ke yang lain. Dari situ
juga aku belajar, terkadang kita terlalu berharap sama teman yang menurut kita
lebih pintar, tapi disaat mereka sendiri tidak bisa, kita akan kebingungan,
beda jika kita berharap sama Allah, insya Allah tidak akan ada kekecewaan.
Nah, pengalamanku selama
skripsi inilah, yang membuatku ingin mengambil tawaran beasiswa dari kampus,
selain itu juga karena Pak Made adalah salah satu orang yang berkepentingan di
program fastrack tersebut.
“Asiknya dapat
beasiswa, selain kuliah S2 gratis dan dapat project dari kampus, aku bisa juga
ngajar sebagai dosen. “
Itu yang terbersit dipikiranku
saat itu. Tapiiiiiii, takdir berkata lain. Aku MENOLAK tawaran tersebut.
Alasannya??? Sederhana. Hasil keputusan keluarga, dan alasan terkuatnya adalah
ibuku, karena aku sangat percaya dengan “ridho ibu adalah ridho Allah”. Semua
anggota keluargaku terutama ibu, mendukungku untuk melanjutkan S2 di UI. Tentu
saja untuk mengambil keputusan ini tidaklah mudah.
Jika aku menolak tawaran S2
ini, syukur jika aku lulus S2 di UI, tapi jika tidak, lalu apa? Tentu saja,
tawaran itu tidak akan datang dua kali padaku. Selain memikirkan tawaran yang
bisa hilang begitu saja, aku juga tidak ingin kedua orangtuaku masih bekerja
banting tulang untuk membiayai kuliahku. Terlahir sebagai anak bungsu dari lima
bersaudara tentu saja, umur orangtuaku tidaklah pada usia yang muda lagi. Aku
hanya ingin mereka istirahat, sudah cukup mereka membiayai aku dan kakak-kakakku
hingga kuliah. But, Life
is a choice. Aku harus berani mengambil keputusan. Setelah mendengar pendapat
dari kakak-kakakku dan masukan dari berbagai pihak. Aku memutuskan untuk kuliah
S2 di UI. Kemudian akupun kembali berjuang, untuk menghadapi ujian masuk SIMAK UI. Mundur selangkah untuk maju
dua langkah. Itulah keyakinan yang kupegang pada saat itu.
Pada saat ujian SIMAK
berlangsung, aku melihat panitia yang menggunakan almamater kuning. Hmm.. “Bisa
tidak ya, aku menggunakan almamater kuning itu?”. Dulu aku sering bertanya pada
sahabatku, 
“Man, menurut lo, gw bisa gak
ya masuk UI?”
“Bisa mi, gw yakin lo pasti
bisa, insya Allah”
Meskipun ada keraguan, tapi
kata-kata penyemangat dari sahabatku itu jugalah, yang membuatku semakin mantap
untuk masuk UI. Ujian berlangsung dari pagi sampai tengah hari, dimulai dari
ujian TPA dilanjutkan dengan ujian bahasa inggris. Hmmm… yang paling susah
menurutku adalah ujian bahasa inggris. Kenapa??? Readingnya itu lho,
banyaaaaaaaaak banget. Jujur, aku sempat mual melihatnya.
Selain itu, saat
ujian aku juga sakit perut (soalnya belum sarapan), membuatku tidak konsentrasi.
Alhasil, akupun pasrah dengan jawaban yang kutulis.
Selain rezeki, mungkin ini
juga yang namanya takdir, Alhamdulillah aku LULUS UJIAN SIMAK UI gelombang
pertama.
Meskipun terheran-heran, kenapa aku bisa lulus mengingat kondisiku
yang tidak fit pada
saat ujian berlangsung. Sekarang ini, aku sedang kuliah Magister Ilmu komputer
di UI. Semoga semua berjalan dengan baik sampai aku lulus nanti. Aamiin ya
Allah.
Gimana dengan beasiswa???
Tentu saja aku memikirkannya dan mencoba mendaftar. Tapi untuk yang ini belum
rezekiku, karena berbagai hal, aku terlambat melihat informasi mengenai
beasiswa LPDP yang akan kuambil.
Selain kerja keras, pasti ada
campur tangan dari Allah. Buat kamu, apapun cita-cita kamu, jika kamu sudah
bekerja keras tapi belum berhasil, jangan berkecil hati. Bisa saja itu bukan
yang terbaik menurut Allah, karena Allah Maha tahu, apa yang terbaik untuk
umatnya. Itu pasti.
Semoga cerita ini bisa
mengisnpirasi ya 
Like this post, Mi! :D
BalasHapususaha,kerja keras,dan doa disertai air mata :D
BalasHapus