Follow Us @soratemplates

17 Juni 2016

Misteri Suara dari Langit

1:55 AM 1 Comments
Alkisah seorang gadis cilik, pernah mendengar sebuah suara yang ia yakini berasal dari langit.  Ketika ia bercerita kepada keluarganya, dikatakan bahwa suara yang didengar tidak lain hanyalah sebuah lagu. Namun, antara yakin dan tidak yakin, si anak kecil masih kebingungan, karena menurutnya suara itu menggema seakan-akan memang berasal dari langit. confused pink cat

Lalu pada suatu hari si anak kecil pergi ke pasar ditemani ayahnya, di perjalanan ia mendengar suara itu lagi. Kali ini ia yakin bahwa suara itu benar-benar berasal dari langit. 

Tahun demi tahun berlalu, kini gadis cilik itu telah beranjak dewasa, ia menceritakan kejadian itu kepada sahabatnya. Tentu saja sahabatnya  tidak percaya no pink cat dan tertawa mendengar ceritanya.  laugh pink cat

Didorong rasa penasaran, gadis yang sudah beranjak dewasa itu mencoba mencari tahu kebenaran atas kejadian yang pernah dialaminya semasa kecil, melalui mesin pencari ajaib yang bernama "google".


Lalu...
Apa kebanaran dibalik suara itu?
Apakah benar suara itu berasal dari langit?

Dan ...

Ternyata ...

Suara itu tidak lain adalah sebuah lirik dari sebuah lagu yang berjudul "Delima", surprised pink cat dan suara yang didengarnya itu adalah "Delima~abang pulang".


Dan gadis cilik yang selama sekian tahun merasa pernah mendengar suara dari langit itu adalah saya. bitter pink catbitter pink cat bitter pink cat
Hikmahnya: jangan terlalu gampang meyakini sesuatu tanpa mencari kebenarannya. 
 cute pink cat

9 Juni 2016

Belajar??

9:16 AM 0 Comments

Pernahkah kamu merasa, bahwa ada yang hilang pada dirimu?

Pernahkah kamu merasa, bahwa kamu menginginkan dirimu yang dulu?

Yah, itulah yang ku alami sekarang..

Kemana ami yang dulu?

Ami yang senang belajar..

Belakangan temanku sering berkata..

"Dulu setiap gw ke kamar lo, lo selalu belajar" atau

"Perasaan dulu lo rajin deh mi" atau

"lo ko males sih sekarang?"

Ya ya ya...

Jangankan dirimu teman, aku sendiri juga merasakannya. Dari SD aku bukan anak yang pinter, bodoh juga engga, ya biasa" aja. SMP juga sama, begitupun SMA, meskipun masuk kelas unggulan, tapi bukan siswa yang menonjol, biasa" saja. Saat SD, tiap pulang sekolah selalu dilanjutkan dengan mengaji di TPA. SMP dan SMA, setiap pulang sekolah selalu ada les sana-sini.

Belajar? meski kadang capek, but i'm still enjoyed. Bahkan pernah pulang telat banget karna udah ga ada angkot lagi, dan begitu sampe rumah, mata si mamah udah merah karna khawatir. Les jauh sana-sini, udah jadi hal yang biasa. Bahkan nilai-nilaiku juga biasa-biasa saja. Malahan pernah dipanggil sama guru, gara-gara nilai ulangannya jelek. Fisika, mata pelajaran yang paling tidak kusukai waktu itu, mata pelajaran paling berkesan karena sempet bikin aku nangis dan kesel banget. Kesel karena udah belajar mati-matian tapi hasilnya tidak memuaskan, dan keselnya lagi kecerobohanku dalam menjawab soal selalu bikin "nyesssss". Beda lagi sama matematika, dulu seneng banget sama yang namanya hitung-hitungan, meskipun kadang susah. Apalagi kimia, jadi mata pelajaran favoritku, semua berkat guru lesku, belajar kimia menjadi semakin menyenangkan. Masih ingat dengan tabel periodic? 



"Hai Lina Kau Rebut Cinta sejati Franky" cara asik untuk menghafal golongan pertama dalam tabel periodeic.



Begitulah perjuanganku dulu dalam belajar, karna belajar di sekolah saja tidak cukup untuk membuatku mengerti dengan materi yang diajarkan. Bahkan udah les sekalipun aku masih tetap jadi siswa yang biasa" saja.

Lanjut S1, kebiasaan belajar kebawa sampe kuliah, bahkan sebelum kuliah hari pertama, udah baca-baca buku saking excitednya dengan status "mahasiswi". Pulang kuliah, kadang disibukkan sama part-time, kegiatan organisasi, atau forum di luar kampus. Tetap ada kegiatan, meskipun bukan dari awal perkuliahan.

Mendapatkan penghargaan menjadi mahasiswi berprestasi adalah pengalaman yang paling mengesankan selama perkuliahan S1. Terlebih begitu tahu mama nangis, saat namaku dipanggil dihadapan para wisudawan dan wisudawati saat penerimaan penghargaan di JCC. Tidak hanya itu, bahkan ada orang yang tidak kukenal menghampiriku dan mengucapkan selamat atas prestasi yang kuraih. Saat itu aku merasa bersyukur banget sama Allah, dan jadi semakin mengerti bahwa semua terjadi atas kehendak-Nya, dan apa yang kita tanam itu yang akan kita tuai. Itulah pertama kalinya aku berprestasi dalam belajar..

Salah satu faktor untuk lanjut S2 pun, karena didorong oleh faktor banyaknya ilmu yang belum kuketahui. Bahkan saking senengnya dengan ilmu, sempet kepikiran kalo aku akan trus belajar sampe tua. Namun sekarang..

Pemikiran seperti itu sudah hilang. Malahan sekarang muncul pikiran, "capek belajar mulu"

Entahlah..

Kenapa semangat belajar itu mulai hilang..?

Apa karna pulang kuliah udah ga ada kegiatan kayak dulu lagi? Makanya jadi males. Kadang full aktivitas itu lebih bisa ngerjain banyak tugas dan lebih rajin, dibandingkan kalo gak ada kegiatan apa". Tapiiii, kalaupun gak ada kegiatan, masih banyak tugas yang harus diselesaikan. Apalagi di kampus yang baru deadline terus, dan hampir semua matkul ada tugasnya. Banyak tugas dan deadline itu juga yg membuatku ragu untuk kuliah sambil kerja, dan memutuskan untuk menyesuaikan diri dulu dengan lingkungan yang baru.

Lalu..

Apa ini yang namanya titik jenuh?

Temanku bilang, "kayaknya lo udah jenuh deh, mi"

Hmmm.. apa iya aku jenuh belajar?

Kalo jenuh? Kenapa lama sekali?

Entahlah..

Aku ingin semangat belajar lagi..



Bisa mi, you can do that.. yes i can.. :)

9 April 2016

Destiny and Life is a Choice

6:31 PM 2 Comments

 Hai sahabat blogy.. apa kabarnya hari ini. Maaf ya.. sudah hampir setahun blog ini sepi kayak kuburan. Sok sibuk sih ami..hahaha 
Hari ini ada temenku yang ikut ujian SIMAKUI untuk Magister Ilmu Management, hmm.. semoga ujiannya lancar, dan semoga lulus ya teman-teman. Pelaksanaan ujian ini membuatku teringat sama masa-masa setelah kelulusanku. Aku lulus S1 di akhir tahun 2014, dan akupun mendapatkan tawaran beasiswa untuk melanjutkan S2 (fastract) dari kampus. mouse girl 09Dari dulu aku ingin jadi dosen, dan salah satu persyaratan untuk jadi dosen adalah lulusan S2. Makanya sekarang aku melanjutkan kuliah S2.
Jujur saja, setelah selesai skripsi, aku menyadari bahwa masih banyak ilmu yang belum aku ketahui, itu semua berkat dosen pembimbingku Bapak I Made Wiryana. Seorang dosen yang cukup terkenal dikampusku. Seorang dosen yang banyak dikagumi juga ditakuti oleh para mahasiswa. Takut bukan karena sifatnya, tapi karena ilmunya, alias.. kamu bakalan mikirin skripsi kamu extra lebih banyak banget dan kamu bakalan banting tulang untuk menyelesaikan skripsi tersebut, bahkan sampai nangis darah #lebay (itu yang aku alamin).mouse girl 24

            Mengenang pengalaman skripsi. 
Ketika tahu dosen pembimbingku Pak Made, rasanya…. Duh deg-degan. mouse girl 26Lho, kok bisa? Aduh gawat.. gimana ini?? Aku jadi takut sendiri. Kenapa? Itu semua karena rumor yang beredar bahwa skripsi dengan Pak Made itu susah. Alhasil aku sudah parno duluan. Aku mencoba tanya sana, tanya sini. Mencari tahu, kalau bimbingan sama beliau banyak syaratnya atau gak? Nah dari informasi yang beredar, kalau bimbingan sama beliau, pasti bakalan pakai linux, open source. Tentu saja, karena beliau adalah pelopor perkembangan linux di Indonesia. Kalau penasaran, coba aja buka link ini. Atau masih banyak link lain lagi tentang siapa beliau.
            Lanjut. Hari pertama bimbingan. Aku dan beberapa teman satu DP an sedikit tegang dan canggung menunggu kedatangan sosok yang dikagumi itu. Saat Pak Made datang menemui kami… waw.. semuanya diluar ekspektasi kami, beliau menyambut kami dengan hangat juga ramah dan kita pun sering diajak tertawa dan bercanda. mouse girl 25Semua kegelisahan diawal tadipun hilang seketika. Tapiiii,  memang ada beberapa persyaratan bagi yang bimbingan dengan beliau. mouse girl 04Diantaranya, berani dengan hal yang baru. Si bapak tidak mau dengan hal-hal yang sudah biasa-biasa saja, artinya, mau tidak mau kita harus belajar hal yang baru. Sedangkan untuk penulisannya harus menggunakan latex.  Dan masih ada beberapa persyaratan lainnya. Hehe… kepo yaaa… udah sekian aja…

Di awal-awal pertemuan, apapun yang aku usulkan saat penulisan skripsi, bakalan selalu ada pembaharuan dari si Bapak. Teringat dengan syarat bimbingan yang tadi, berani dengan hal yang baru, akhirnya akupun menyerah dalam pemilihan topik, karena aku yakin apapun yang aku pilih, hasilnya akan sama saja, yaitu belajar hal yang baru.mouse girl 10 Maka terpilihlah sistem terdistribusi sebagai topik skripsiku. Dalam sistem terdistribusi ini aku menggunakan sebuah pendekatan semantik dan juga menggunak API untuk web service. Ini dia, semuanya berawal dari kata semantic yang membuatku pusing tidak karuan, yang ujung-ujungnya akupun nangis mouse girl 24 Tidak hanya itu, ada beberapa istilah lain yang masih sangat awam bagiku, membuatku pusing tujuh keliling, seperti: Federated Information System, Micro Service Architecture, microdata, BPMN,  dsb.
Nah, untuk framework php yang digunakanpun harus yang micro. Aku sempat bingung dalam pemilihan framework yang tepat, namun setelah banyak pertimbangan akupun memutuskan untuk menggunakan micro framework slim Tapiiiiiii….. tutorial untuk farmework ini masih sedikit pada saat itu, meskipun tutorialnya lebih banyak jika dibandingkan dengan micro framework yang lain. Dalam pengerjaan skripsi ini, aku mencoba meminta bantuan ke beberapa teman, tapi banyak dari mereka yang tidak tahu dan tidak mengerti dengan skripsi yang kubuat. Jangankan mereka, aku saja pada saat itu tidak mengerti dengan apa yang kubuat (hahaha..). Meskipun selama pengerjaan skripsi ini cukup “susah dan berat”, tapi Pak Made sangat baik, beliau juga sangat pengertian pada mahasiswanya, dengan sabar beliau menjelaskan apa yang tidak kita mengerti, bahkan sampai berulang kali. Intinya kita mau berusaha. mouse girl 13
Singkat cerita, setelah melalui perjuangan yang cukup melelahkan, akupun LULUS S1… HOREEEEE…. Oiya, ada satu kunci yang kuterapkan saat pengerjaan skripsi tersebut, sebuah kunci yang menurutku patut untuk dicoba dan insya Allah sudah terbukti, penasaran ya….?? Haha.. kuncinya adalah…… jreng..jreeeeng…. ILMU SEDEKAH . Yup, pada saat itu aku mencoba untuk menerapkan ilmu sedekah, meskipun awalnya ada keraguan, apakah boleh atau tidak, tapi setelah bertanya pada mentorku, ternyata kita diizinkan untuk bersedekah dengan niat, jika membantu urusan  orang lain, maka urusan kitapun insya Allah akan dibantu oleh Allah (lebih kurangnya seperti itu). Hal yang terpenting adalah kita berharap sama Allah bukan ke yang lain. Dari situ juga aku belajar, terkadang kita terlalu berharap sama teman yang menurut kita lebih pintar, tapi disaat mereka sendiri tidak bisa, kita akan kebingungan, beda jika kita berharap sama Allah, insya Allah tidak akan ada kekecewaan.
Nah, pengalamanku selama skripsi inilah, yang membuatku ingin mengambil tawaran beasiswa dari kampus, selain itu juga karena Pak Made adalah salah satu orang yang berkepentingan di program fastrack tersebut. 

“Asiknya dapat beasiswa, selain kuliah S2 gratis dan dapat project dari kampus, aku bisa juga ngajar sebagai dosen. “

Itu yang terbersit dipikiranku saat itu. Tapiiiiiii, takdir berkata lain. Aku MENOLAK tawaran tersebut. Alasannya??? Sederhana. Hasil keputusan keluarga, dan alasan terkuatnya adalah ibuku, karena aku sangat percaya dengan “ridho ibu adalah ridho Allah”. Semua anggota keluargaku terutama ibu, mendukungku untuk melanjutkan S2 di UI. Tentu saja untuk mengambil keputusan ini tidaklah mudah. Jika aku menolak tawaran S2 ini, syukur jika aku lulus S2 di UI, tapi jika tidak, lalu apa? Tentu saja, tawaran itu tidak akan datang dua kali padaku. Selain memikirkan tawaran yang bisa hilang begitu saja, aku juga tidak ingin kedua orangtuaku masih bekerja banting tulang untuk membiayai kuliahku. Terlahir sebagai anak bungsu dari lima bersaudara tentu saja, umur orangtuaku tidaklah pada usia yang muda lagi. Aku hanya ingin mereka istirahat, sudah cukup mereka membiayai aku dan kakak-kakakku hingga kuliah. But, Life is a choice. Aku harus berani mengambil keputusan. Setelah mendengar pendapat dari kakak-kakakku dan masukan dari berbagai pihak. Aku memutuskan untuk kuliah S2 di UI. Kemudian akupun kembali berjuang, untuk menghadapi ujian masuk SIMAK UI. Mundur selangkah untuk maju dua langkah. Itulah keyakinan yang kupegang pada saat itu.
Pada saat ujian SIMAK berlangsung, aku melihat panitia yang menggunakan almamater kuning. Hmm.. “Bisa tidak ya, aku menggunakan almamater kuning itu?”. Dulu aku sering bertanya pada sahabatku,
“Man, menurut lo, gw bisa gak ya masuk UI?”
“Bisa mi, gw yakin lo pasti bisa, insya Allah”
Meskipun ada keraguan, tapi kata-kata penyemangat dari sahabatku itu jugalah, yang membuatku semakin mantap untuk masuk UI. Ujian berlangsung dari pagi sampai tengah hari, dimulai dari ujian TPA dilanjutkan dengan ujian bahasa inggris. Hmmm… yang paling susah menurutku adalah ujian bahasa inggris. Kenapa??? Readingnya itu lho, banyaaaaaaaaak banget. Jujur, aku sempat mual melihatnya. Selain itu, saat ujian aku juga sakit perut (soalnya belum sarapan), membuatku tidak konsentrasi. Alhasil, akupun pasrah dengan jawaban yang kutulis.
Selain rezeki, mungkin ini juga yang namanya takdir, Alhamdulillah aku LULUS UJIAN SIMAK UI gelombang pertama.mouse girl 06 Meskipun terheran-heran, kenapa aku bisa lulus mengingat kondisiku yang tidak fit pada saat ujian berlangsung. Sekarang ini, aku sedang kuliah Magister Ilmu komputer di UI. Semoga semua berjalan dengan baik sampai aku lulus nanti. Aamiin ya Allah. 
Gimana dengan beasiswa??? Tentu saja aku memikirkannya dan mencoba mendaftar. Tapi untuk yang ini belum rezekiku, karena berbagai hal, aku terlambat melihat informasi mengenai beasiswa LPDP yang akan kuambil.
Selain kerja keras, pasti ada campur tangan dari Allah. Buat kamu, apapun cita-cita kamu, jika kamu sudah bekerja keras tapi belum berhasil, jangan berkecil hati. Bisa saja itu bukan yang terbaik menurut Allah, karena Allah Maha tahu, apa yang terbaik untuk umatnya. Itu pasti.


Semoga cerita ini bisa mengisnpirasi ya

6 April 2016

Kertas Kosong

11:44 AM 0 Comments

"ini tulisan waktu belajar di FLP Depok BATRE 12. Bagaimana menggali ide kreatif dengan hal-hal kecil yang ada disekitar kita. Dan inilah hasil nya... selamat menikmati. (^ . ^)// "


Sebuah kertas kosong dan pulpen tergeletak diatas meja belajarnya. Matanya tajam, menatap kertas kosong itu. Aroma kopi hitam yang menggoda bahkan tidak mampu mengalihkan pandangannya dari kertas kosong itu. Ia duduk sambil menyilangkan kedua tangan, keningnya berkerut, dan sesekali menghela nafas. Tak lama kemudian ia meletakkan kedua tangannya di atas meja dan menyangga kepalanya yang berat. Iapun memejamkan matanya, dan kerut dikeningnya semakin berlipat-lipat. Akhirnya ia pun berdiri, meregangkan seluruh badannya, meloncat-loncat, dan kembali duduk ke tempat semula. Hening.
            Tangannya sibuk memainkan pulpen itu. Lalu ia pun mengambil cangkir kopi yang berada disampingnya. Saat bibir cangkir itu sampai dimulutnya, yang tersisa hanyalah ampas hitam yang kering. Matanya melihat ke dinding kamar, jarum runcing pendek itu sudah bergeser dari angka tujuh ke angka delapan. Ia tidak menyadari bahwa minumannya sudah habis dari tadi. Saat matanya kembali ke atas meja, kertas itu masih saja kosong. Ia mulai menggaruk-garuk kepalanya, frustasi. Kemudian ia melihat beberapa helai rambut tersangkut disela jemarinya. Saat itu juga sebuah ide brilliant muncul bagaikan di sambar petir. Mulutnya mulai melebar, kerutan dikeningnya mulai menghilang, dan matanya berbinang-binang. Ide itu mengalir dan terus mengalir.
            Pulpen masih ditangan, dan ia pun mulai menulis. Heran. Kertas itu masih saja kosong. Kemudian ia menulis lagi dan lagi, namun kertas itu masih tetap kosong. Di lemparnya pulpen itu ke atas kasur, dan iapun segera mencari pulpen lain. Kosong. Rak peralatan tulisnya kosong melompong, yang tersisa hanya sebatang penghapus berwarna abu-abu dekil. Ia berdiri mengambil tas yang bertengger di pintu kamarnya. Memeriksa satu per satu saku yang ada. Keningnya lagi-lagi membentuk lipatan kain. Tas itupun ia angkat secara terbalik, semua isinya berjatuhan. Ia melempar tas itu dan mengobrak abrik tumpukan buku dan receh-receh yang bergeletakan di atas lantai. Tidak ada. Ia tidak kehilangan akal, laci buku dan rak buku pun dibongkarnya. Lagi-lagi tidak ada. Ia membuka pintu kamarnya. Berjalan melewati sebuah kamar satu demi satu. Semua lampu di kamar itu mati dan di gembok.
            Akhir minggu. Kemudian ia menundukkan kepala dan berbalik menuju kamar no tiga. dilihatnya pulpen perak yang tergeletak di atas kasurnya. Pulpen itu ia gores-goreskan ke atas kaca, berharap terjadi suatu keajaiban, dan kemudian ia kembali menulis. Kertas itu masih kosong. Kepala pulpen itupun ia putar, dan ditariknya tulang pulpen itu dari tubunya. Habis. Iapun berdiri mengambil dompet yang tergeletak bersamaan dengan tumpukan buku-buku tadi. Setelah mengunci pintu kamar, ia pergi menuju warung terdekat. Berjalan melewati gedung kos-kosan yang tersusun rapi di perumahan itu. Matanya fokus mencari warung yang masih buka. Cuaca malam sepertinya tidak bersahabat dengannya, suara petir mulai bersahut-sahutan. Ia belum juga menemukan sebuah warung. Gerimis mulai membasahi tubuhnya disambut hujan yang semakin lebat. Akhir minggu dan masa liburan. Hampir semua warung sekitar kosan ikutan meliburkan diri.
Sekali lagi dengan wajah tertunduk di tambah hujan yang mengguyur, ia berbalik menuju kosan. Kepalanya sudah kebanjiran ide dan hampir meledak. Ia kembali duduk dan memandangi kertas kosong itu. Tanpa pikir panjang iapun mengambil pulpen tadi, dan menulis di atas kertas kosong itu, tanpa tinta.
SEKIAN

20 September 2015

Bebas

6:05 AM 1 Comments

Seandainya.. Andre bergumam. Matanya tertuju pada sebuah buku dengan cover merpati yang sedang terbang bebas di udara.

“Disaat mau skripsi begini masih saja disuruh melakukan penelitian. ” Seto datang memecah lamunannya.

Kamu suka hewan, Ndre?” tanya Seto.

“Ah.. bukan. Hanya sekedar ingin melihat-lihat saja.”balasnya.

“Kelewatan deh, Bu Asri. Memberi tugas disaat-saat sudah mau skripsi. Kebayang tidak, aku di suruh bikin dua jurnal sekaligus, belum lagi dengan kelas tambahan.” Seto terlihat sangat emosi saat memperlihatkan buku yang berjudul Jurus Ampuh Membuat Jurnal.

“Tapi.. kamu masih suka, kan?” Andre bergumam.

“Suka? Yang benar saja.. mana ada yang suka diberi tugas banyak seperti ini.” balas Seto balik.

“Setidaknya sesulit apapun itu, kamu masih menikmatinya.” gumam Andre penuh makna.

Aku bisa apa, Ndre. Ini sudah menjadi kewajiban kita sebagai seorang mahasiswa. Oh iya, kamu kapan,  Ndre. Masuk kuliah lagi? Memangnya kamu tidak kasihan dengan ibumu yang sering sakit-sakitan. Bukannya kamu sekarang sudah menjadi anak satu-satunya?” Ucap Seto tanpa menyadari raut wajah Andre yang sudah berubah.

Kamu seharusnya tahu, kalau aku tidak suka ada orang yang mengungkit hal itu.”balasnya, kemudian dia pun pergi meninggalkan Seto begitu saja.

“Andre..!!” terdiak Seto.

Semua mata tertuju padanya, seorang anak laki-laki jangkung menatap Seto melalui kacamatanya yang bulat, jari telunjuk menempel dimulutnya yang monyong. Namun Andre sama sekali tidak menoleh.

Aku minta maaf, Ndre…” teriaknya tanpa memperdulikan tatapan mata yang tertuju padanya.Andre pergi meninggalkan toko buku itu dengan perasaan marah dan juga sedih.

 Sebuah bunyi pesan masuk ke handphone nya. Mata Andre terlihat berbinar, senyum merekah dibibirnya yang tipis. Andre melangkahkan kakinya dengan cepat, menuju studio. Tempat di mana teman-temannya sudah menanti.

Begitu memasuki ruangan, Andre langsung menyambar gitar klasik nya yang berwarna biru tua. Membuat penampilannya semakin kontras dengan bajunya yang berwarna biru langit. Andre mulai memainkan senar gitarnya, lalu menyanyikan sebuah lagu yang dia ciptakan sendiri. Diiringi iringan musik lain yang dimainkan oleh beberapa temannya, lagu itu terdengar indah dan merdu. Setelah satu jam berlalu, tiba-tiba handphone nya berdering kembali. Andre menatap layar handphonenya cukup lama. Dalam sekejap wajah Andre berubah masam, lalu dia pun menjawab panggilan itu.

“Halo”

“Andre..!! Pulang kamu sekarang!” suara dari balik panggilan itu terdengar sangat marah, lalu memutuskan panggilannya.

“Kenapa, Ndre?”tanya temannya, yang seorang drummer.

Aku harus balik sekarang.”jawabnya.

“Pasti dari ayahmu ya? tanya Sera, teman pdianis nya.

Andre hanya tersenyum kecut, lalu pergi meninggalkan teman-temannya.

---

PLAK!!
Pipi Andre memerah saat telapak tangan ayahnya menyambar pipi kanannya. Matanya nanar melihat kamarnya yang berantakan dengan pecahan gitar. Andre langsung berlari mengambil pecahan – pecahan itu.

“Apa ini?” tanya ayahnya memegang selembar brosur kompetisi musik.

Andre hanya diam. Dia masih saja mengumpulkan pecahan-pecahan gitar yang bertebaran dimana-mana. Kemudian ayahnya pun datang menarik tangan Andre, dan mendorongnya ke dinding.

“Jawab!!” bentak ayahnya lagi.

Bibir Andre tertutup rapat. Dia membalas tatapan ayahnya cukup lama.

“Anak kurang ajar. Tidak tahu diri. Seandainya kakakmu tidak mengalami kecelakaan, pasti dia akan menjadi anak yang sukses sekarang. Tidak seperti kamu, yang tahunya hanya mengahabiskan uang dan bermain musik tidak karuan.”

Sudah, Pa.. Sudah.” Ibu Andre yang sedari tadi diam menahan tangis, mencoba untuk menenangkan ayahnya.

“Kamu juga..!! Membesarkan anak satu saja tidak bisa. Dasar istri tidak berguna.” bentak ayahnya. 

Andre berusaha sekuat tenaga untuk menahan gejolak amarah dan emosinya, dia tidak ingin membuat ibunya khawatir. Ibu Andre terlihat sangat ketakutan, derai air mata mengalir di wajahnya yang rapuhh.

Sekarang katakan. Sejak kapan kamu mulai berhenti kuliah?” tanya ayahnya. Lagi-lagi Andre berdiam diri.

“JAWAB !!” hardiknya.

Andre di pukul lagi, namun ibunya yang berusaha melindungi Andre justru terkena pukulan ayahnya. Andre merangkul ibunya dengan lembut. Ayahnya menghela nafas dalam, lalu pergi meninggalkan mereka berdua. Andre melihat ibunya berusaha menahan rasa sakit, kemudian dari hidung ibunya mulai keluar darah. Melihat hal itu, kemarahan dan kebencian pada ayahnya semakin bertambah. Andre mulai naik pitam, dia mengejar ayahnya, lalu melemparinya dengan pecahan-pecahan gitar yang ada ditangannya.

Pertikaian pun tidak bisa dihentikan. Ayahnya berbalik memukul Andre habis-habisan. Namun untuk pertama kalinya, Andre membalas pukulan ayahnya. Perkelahianpun tidak dapat dihindarkan antara ayah dan anak.

“Hentikan. Sudah cukup hentikan, Andre.!” Pinta ibunya dengan suara bergetar. Namun Andre mengabaikan perintah ibunya. Saat ayahnya berusaha memukul Andre, lagi-lagi ibunya datang untuk melindungi Andre. Kecelakaan pun terjadi, pukulan itu tepat mengenai ibunya hingga terjatuh ke tangga. Tubuh ibunya yang lemah berguling melewati setiap anak tangga.

Ibu....!!” terdiak Andre ketakutan. Melihat darah istrinya yang mengalir di lantai membuat ayah Andre terdiam kaku tidak berdaya. Dia terduduk di lantai, tidak kuat menahan beban tubuhnya yang syok.

Bu.. bangun, Bu. Andre mohon, Bu.” Air matanya jatuh  di wajah ibunya yang penuh dengan darah.
---
“Dokter. Bagaimana keadaan ibu saya, Dok?”tanya Andre. Dokter itu diam sejenak. Dia mengelus bahu Andre. “Sabar ya, Nak.” Kemudia dokter itupun pergi meninggalkan Andre.

 Andre terhentak bagaikan disambar petir. Dia mengumpulkan seluruh tenaganya untuk berjalan memasuki ruang UGD. Kakinya terasa kaku, setiap langkah kecilnya terasa begitu lama, seolah-olah waktu berhenti berputar. Semakin dia dekat dengan sosok yang ditutupi dengan kain putih itu, semakin jantungnya berdetak tidak karuan. Tangannya yang gemetar berusaha untuk membuka kain yang menutupi wajah ibunya. Andre menatap wajah penuh cinta itu dengan seksama. Kini wajah itu telah menjadi kaku dan pucat, tidak ada beban lagi diwajah yang rapuh itu. Mulut Andre bergetar saat berusaha memanggil ibunya. Air mata jatuh bertubi-tubi, membanjiri wajahnya.

Andre mencium kening ibunya untuk yang terakhir kalinya. Tangannya yang masih gemetar berusaha untuk menutup kembali wajah ibunya dengan hati yang tertekan. Saat itu juga, ayah Andre datang menghampirinya. Matanya basah, dan untuk kedua kalinya setelah kematian kakaknya, dia melihat ayahnya tidak berdaya. Saat Andre keluar ruangan, dia berbisik kepada ayahnya.

“Asal anda tahu. Riko kakak saya bukan mati karena kecelakaan. Tapi karena bunuh diri. Dan, itu semua karena tekanan yang selalu anda berikan kepadanya. Kini dia sudah bebas, sama seperti ibu saya yang sudah terbebas dari anda.”
~ SEKIAN ~