Follow Us @soratemplates

18 Desember 2013

Pertemuan Tak Terduga di Depan Toko

Derasnya hujan dan kencangnya hembusan angin membuat Fatin gemetar kedinginan. Dia memeriksa tas ranselnya berulang kali, tapi tetap saja ia tidak bisa menemukannya. “Mana payungku?”batinnya. Cuaca di sore hari itu sangat buruk, Fatin terjebak di depan sebuah toko seorang diri. Tiba-tiba ia mendengar suara yang sudah tidak asing lagi ditelinganya.

“Fatin, kamu kenapa bisa sampai disini? Kamu sendirian?” tanya Rian kaget, penuh kekhawatiran. “Untunglah kamu ada disini. Tadi akupergi belanja, dan ternyata payungku ketinggalan.”balas Fatin. Rian saat itu juga langsung mengajak Fatin meninggalkan toko tersebut.

“Kita mau kemana?”

“Aku akan mengantarmu pulang, naiklah!”

          Sebuah mobil sedan terparkir di depan toko itu. Rian membukakan pintu mobil untuk Fatin, dan mereka pun meninggalkan toko itu. Fatin dan Rian hanya terdiam selama perjalanan, cuaca dingin saat itu membuat bibir mereka membeku. Mereka berdua hanyut dalam kenangan masa lalu.

“Kamu darimana Rian?” tanya Fatin memecah kesunyian.

“Dari kampus, tanpa sengaja aku melihatmu berdiri sendirian di depan toko itu.”

“Apa kamu sehat?”Fatin kembali bertanya.

“Iya.. aku.. sehat. Bagaimana denganmu?”

          Fatin kemudian tersenyum dengan manisnya. “Sangat baik, karena aku bisa bertemu lagi denganmu, walaupun hanya suaramu yang bisa kudengar.” Balas Fatin.

“Apa kau tidak membenciku?” tanya Rian dengan suara bergetar.

“Tidak.”jawabnya lembut.

“Gara-gara aku, kamu menjadi buta seperti ini, bahkan.. kamupun putus sekolah. Kamu pantas membenciku.” Penyesalan yang amat dalam terdengar jelas dari suaranya.

“Aku tidak pernah membencimu, semua itu hanya musibah. Rian.. jangan pernah salahkan dirimu atas kecelakaan itu. Aku mungkin tidak akan bisa melihat lagi indahnya dunia, tapi aku tidak ingin kehilangan seorang sahabat sebaikmu.” Tanpa sadar airmata bercucuran dari kedua bola matanya. Tabrakan mobil dua tahun lalu itu, membuat kedua sahabat ini menjadi semakin jauh, bahkan tidak ada komunikasi lagi diantara mereka. Rian yang saat itu menyetir mobil hanya mengalami luka ringan, namun Fatin harus kehilangan penglihatannya, Rian merasa posisi mereka tertukar,dialah yang seharusnya kehilangan penglihatannya. Mereka pun akhirnya sampai di sebuah rumah di pinggiran kota.

“Fatin...”

“Ya...?”

“Mmm... mulai besok.. aku akan sering mengunjungi dan mengantarkanmu kemanapun kamu pergi, apa kamu memberiku izin?” tanya Rian. 

“Tentu saja.” Balas Fatin dengan senyum manisnya.

          Kesedihan dan kesepian serta perasaan bersalah selama dua tahun ini, kini semuanya berakhir dengan sebuah pertemuan yang tak terduga, dan komunikasi yang seharusnya mereka lakukan dari dulu.


- dreanimeir -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar